Mohon tunggu...
narablog
narablog Mohon Tunggu... opini | mahasiswa

dikelola oleh harun alulu

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Emas, Upeti, dan Para Penjaga Sunyi di Ramadhan

24 Maret 2025   21:24 Diperbarui: 24 Maret 2025   22:20 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panggung Politik dan Kepentingan di Baliknya

Di tengah semua ini, para petinggi daerah memainkan peran mereka dengan elegan. Mereka tidak secara langsung berpihak pada salah satu kubu, tetapi keputusan mereka diam-diam menguntungkan kubu B.

Barangkali, ada pertemuan-pertemuan rahasia yang tidak masuk dalam agenda resmi. Barangkali, ada percakapan yang dilakukan tanpa jejak digital. Yang jelas, sikap mereka menunjukkan bahwa kubu B lebih "bermanfaat" bagi kestabilan sistem ini dibandingkan kubu A.

Namun, kestabilan ini hanya ilusi.

Setiap kali satu pihak merasa ditinggalkan, mereka akan menggunakan semua yang mereka miliki untuk menyerang. Saat ini, kubu A menggunakan media sebagai senjata. Besok, mungkin mereka akan menggunakan aparat. Lusa, mungkin akan ada demo yang dibuat seolah-olah itu murni aspirasi rakyat.

Dan dalam setiap konflik yang terjadi, ada satu kebenaran yang selalu bertahan: yang kalah bukan mereka yang tidak memiliki kekuatan, tetapi mereka yang gagal menyesuaikan diri dengan perubahan permainan.

Nasib Bumi Panua: Siapa yang Peduli?

Sementara itu, di luar panggung politik dan pertempuran ego ini, Bumi Panua tetap menangis dalam sunyi.

Sungai-sungai yang dulu jernih kini penuh dengan lumpur dan racun merkuri. Hutan-hutan yang dulu rimbun kini hanya menyisakan tanah merah yang gundul. Petani yang dulu menggantungkan hidup pada sawah mereka kini harus beralih menjadi buruh tambang, bukan karena ingin, tetapi karena tidak ada pilihan lain.

Namun, siapa yang benar-benar peduli?

Bagi mereka yang terlibat dalam permainan ini, Bumi Panua bukanlah tanah yang harus dijaga, tetapi sumber daya yang harus dieksploitasi selama masih bisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun