Mohon tunggu...
Rasya dy Shamrat
Rasya dy Shamrat Mohon Tunggu... Petani - HM R

Belajar untuk meyakinkan usaha sampai

Selanjutnya

Tutup

Money

Madura: Akibat Rendahnya Harga Tembakau, Petani Mengelus Dada

5 September 2019   15:50 Diperbarui: 5 September 2019   16:01 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siang, pukul 13:22 WIB. Dibawah terik matahari yang sangat menyengat, seorang petani tembakau madura sedang melakukan proses penjemuran daun tembakau hingga nantinya siap dijual kepada para pedagang. | dokpri

B. Yudi (54) salah seorang petani tembakau Madura sedang melakukan proses penjemuran atau pengeringan daun tembakau rajangan hasil panennya di halaman rumahnya diDesa Palongan, Kec. Bluto, Sumenep, Madura. Kamis 5 September 2019. Para petani tembakau di wilayah Kecamatan Bluto dan Saronggi, Sumenep, Madura kembali mengeluh dengan rendahnya harga jual tembakau serta tingginya dari biaya produksi penanaman hingga pengolahan tembakau.

Sebagian dari para petani tembakau yang berada di wilayah Kecamatan Bluto, Saronggi, mengeluhkan rendahnya harga jual tembakau ditambah dengan tingginya biaya produksi penanaman dan pengolahan tembakau, hingga nantinya tembakau siap dijual ke pabrikan dan pedagang pengepul yang ada diKabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Akibat dari rendahnya harga jual tembakau, tingginya biaya produksi, keuntungan mereka para petani sangat tipis. (Syukur-syukur para petani tidak ngutang).

Dan hal itu membuat para pembudidaya tembakau berikut bisnis perdagangannya saat ini tak lagi menggiurkan seperti dulu. Bahkan tidak menjanjikan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani.

"Biaya yang dikeluarkan bisa jutaan. Mulai dari proses penanaman hingga proses pengeringan tembakau yang siap jual. Sementara harganya sekarang digudang paling tinggi hanya 45.000 per kilonya", (kata salah satu seorang petani tembakau B.Yudi (54) diDesa Palongan, Kecamatan Bluto, ketika ditemui di rumahnya, Rabu 5 September 2019).

Sebelumnya, dia juga merinci dari proses penanaman tembakau hingga proses siap penjualan tembakau. "Sebelum menanam bibit tembakau, pertama tanah itu harus digemburkan dengan mesin pembajak dan itu biayanya Rp. 450.000 per 50 x 50 meter luas tanah. Bibitnya per 1 ribu bibit harganya Rp 20.000, tinggal mengkalikan berapa ribu bibit yang dibeli oleh petani. Belum lagi biaya listrik untuk air menyirami tembakau, harga pupuk, harga obat pertisida hama, jutaan semuanya jika dihitung dek",(kata B.Yudi sesudah menjemur tembakaunya).

Selain harga pupuk dan bibit, masih kata dia, biaya produksi lainnya yang juga memberatkan yakni ongkos bagi para pekerja. Dari mulai memetik daun tembakau, mengiris daun tembakau sampai pada menjemur, ongkos kerjanya rata-rata dari Rp. 90.000 - 100.000 per harinya. 

Selain memang bertani adalah turun menurun, baginya bertani bukan tentang untung rugi namun melainkan tentang keikhlasan. Keihlasan menerima harga tembakau yang semakin turun, keihlasan mencari ridho Allah SWT.

"Mungkin bersyukur bagi orang diluar sana yang bukan menjadi petani, khususnya petani tembakau. Menjadi petani tembakau itu sangat banyak rintangannya. Belum lagi cuaca, syukur sekarang cuacanya sangat bagus, namun harganya sekarang yang kurang bagus, harganya masih paling tinggi Rp. 45.000 per kilonya", (imbuhnya sembari tersenyum melihat realitas harga tembakau yang semakin melesu).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun