Mohon tunggu...
Rasno Shobirin
Rasno Shobirin Mohon Tunggu... -

Cuma anak nelayan, Kampunglaut, Pulau Nusakambangan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengalaman Pribadi Dekat dengan Negara Islam Indonesia/NII (Bagian 1)

20 April 2011   07:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:36 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ini sekedar berbagi pengalaman terkait maraknya pencucian otak yang dilakukan oleh Negara Islam Indonesia. Semoga tulisan ini membuat kita lebih waspada terhadap ajakan, rayuan, bahkan embel-embel syurga oleh orang-orang NII yang sekarang muali merangsek ke mahasiswa dan eksekutif muda.

Pada tahun 1995-an ketika saya masih duduk di sekolah Dasar. Kedua kakak saya yang perempuan merantau ke Jakarta. Mereka berdua mendapatkan kerja di Pabrik pembuatan sendok-garpu dan pabrik pensil STAEDLER di kawasan Jakarta Utara. Pada tahun 2001, saya datang ke Jakarta untuk berlibur. Karena liburnya sekitar 2 minggu, saya pun asyik di Jakarta. Menginap di kontrakan kakak saya yang perempuan.

Pertama datang tidak ada yang aneh memang. Bahkan saya seperti biasa menyaksikan kakak saya mengaji, tetapi ada sedikit yang mengganjal, yaitu kakak saya tidak melaksanakan sholat lima waktu (?).

Selang beberapa hari di Jakarta, ada seorang perempuan yang ternyata kakaknya mengikuti ajaran Negara Islam Indonesia (NII), namanya Aminah, asal Sidoarjo Jawa Timur. Dari dialah aku kemudian tahu kalau kedua kakakku mengikuti ajaran sesat NII! Cerita panjang lebar dengan Aminah, membuat aku tak gentar menghadapi ajakan para petinggi NII.

Hampir setiap hari kontrakan kakakku didatangi oleh orang-orang NII. Aku tahu kalau kakakku sudah diracuni oleh NII. Bekerja bertahun-tahun, tidak pernah mengirim uang ke orang tua. Sampai-sampai ibuku gemas bahkan kalau ibu cerita soal kedua kakakku, dia hampir menangis. Aku selalu menyebut kedua kakakku itu ANAK DURHAKA! Karena saking jengkelnya.

Berlanjut, masih di Jakarta, suatu malam, petinggi-petinggi NII masuk kamar dan mulai mengajak aku. Mereka menyiapkan Al-Quran dan mulai menceramahi aku dengan ayat-ayat. Menyiapkan papan tulis (white board). Tapi saying, meski aku lugu waktu itu dan sifatku yang keras kepala dan tidak percaya dengan aliran NII meskipun kedua kakakku telah dibaiat bertahun-tahun. Aku tetap saja menolak. Berikut percakapan yang pernah aku ingat pada tahun 2001-an:


Ketua Baiat: "Rasno ingin masuk syurga tidak?"

Saya : "Setiap orang tentu ingin masuk surga" jawabku singkat.

Ketua Baiat : "Tapi belum tahu kan bagaimana caranya masuk surga?"

Saya : ...... diam saja sambil menunduk, karena kata Aminah jangan sekali-kali pandangi matanya, karena akan terhipnotis.

Ketua Baiat : "Mau tidak masuk syurga? Kalau mau nanti kami baiat dan nama kamu diganti dengan nama yang Islami,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun