Mohon tunggu...
Ronald Pasir
Ronald Pasir Mohon Tunggu... Economist, Stock trader, financial adviser, freelance writer

Hobi Mancing dilaut, menyukai humor, open minded, peniti jalan kehidupan. Suka menulis, percaya bahwa kata-kata bisa menjadi senjata nurani. Menulis bukan untuk menjadi populer, tapi untuk membela yang tertindas dan menggugah yang terlena. Diam di tengah ketidakadilan adalah bentuk pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Es Mambo, Jalan Toll dan 200 Ribu Hektare Hutan Yang Hilang

17 Juni 2025   17:19 Diperbarui: 17 Juni 2025   17:19 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal, jika ditelisik lebih dalam, bisnis jalan tol yang ia kelola melalui PT CMNP bukanlah sebuah usaha UMKM yang tumbuh dari nol. Ini adalah bisnis infrastruktur besar, yang erat kaitannya dengan jaringan modal dan kekuasaan negara---dibangun dari pijakan modal besar, bukan koin receh dari es mambo.

Oligarki dan Kemampuan Melupakan

Narasi pengusaha dermawan yang "dari nol" adalah bagian dari strategi canggih oligarki: menghapus memori publik atas sejarah kerusakan lingkungan dan pelarian utang. Di balik citra suci dan sederhana, tersembunyi kerusakan ekologis yang belum diperbaiki, utang negara yang belum dilunasi, dan ketidakadilan yang diwariskan generasi ke generasi.

Ini bukan sekadar cerita individu. Ini adalah cermin dari kegagalan sistem hukum dan pengawasan negara---yang membiarkan mereka yang pernah merusak alam dan menghasilkan kerugian besar bebas bersayap dermawan.

Kita Harus Berhenti Menyembah Dermawan

Jika derma menjadi alat untuk menyucikan kejahatan struktural, maka masyarakat sedang ditjebak dalam ilusi moral. Memberi uang kepada tukang becak tidak bisa menebus hutan yang dibabat. Membangun musholla tidak bisa membayar kembali hak hidup komunitas adat yang terdampak industry kayu.

Kita tidak butuh pengusaha yang dermawan setelah merampok. Kita butuh keadilan sistemik, literasi sejarah, dan ingatan kolektif yang panjang---agar narasi "dermawan" tidak lagi menutupi akar kerusakan.

Penutup: Es Mambo dan Ilusi Moral

Barangkali es mambo itu nyata. Tapi 200.000 hektare hutan juga nyata. Dan hutan itu kini sudah gundul, komunitasnya tercerai-berai, dan utangnya diwariskan kepada rakyat melalui dana penyehatan keuangan BUMN.

Sebuah bangsa tidak akan maju jika lebih mudah percaya pada dongeng es mambo daripada pada data, sejarah, dan jejak kerusakan lingkungan.

Selama masyarakat masih terpesona pada kisah "usaha dari nol", oligarki akan terus menari di atas tumpukan penderitaan yang mereka ciptakan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun