Mohon tunggu...
Rasawulan Sari Widuri
Rasawulan Sari Widuri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang berbagi hal yang menarik dengan orang lain

Jakarta, I am really lovin it !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jadilah Pembeli yang Bijak di Tengah Pandemi

2 Mei 2020   23:03 Diperbarui: 2 Mei 2020   23:41 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sesuatu yang bersifat berlebihan bukanlah hal yang baik. Ini berlaku untuk semua aspek. Termasuk diantaranya adalah fenomena kalap belanja yang begitu populer sejak merebaknya wabah corona. Mulai dari belanja masker, hand sanitizer dan yang paling fenomenal adalah bahan makanan.

Adanya pembatasan orang untuk melakukan aktivitas di luar ternyata tidak menurunkan jiwa konsumtif seseorang. Bahkan kemudahan belanja dengan cara online dapat membuat kita berbelanja berlebih tanpa kita sadari. Apalagi di saat kondisi beraktivitas di dalam rumah dimana handphone menjadi sahabat utama kita. Jari kita seakan tidak dapat berhenti untuk terus melakukan transaksi belanja di berbagai situs belanja online.

Apa yang Menyebabkan Kalap Belanja Makanan ?

Kalap belanja dapat terjadi karena berbagai alasan. Dan secara umum hal ini tidak bisa dipisahkan dengan sifat alami manusia yang mempunyai sikap konsumtif. Sikap konsumtif memang perlu karena manusia berperan sebagai konsumen untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.   

Dalam kondisi darurat atau terdesak misalnya pandemi penyakit yang menyebabkan kondisi penuh dengan ketidakpastian, secara natural otak akan memberikan perintah agar kebutuhan dasar seperti makanan dapat cukup terpenuhi. Permasalahannya adalah ukuran cukup setiap orang  berbeda-beda. Sehingga timbul 'panic buying' di berbagai supermarket.

Tanpa kita sadari, kita dapat membeli bahan makanan baik mentah ataupun instant dalam jumlah yang berlebihan. Dikarenakan hal ini dilakukan oleh semua orang dalam waktu bersamaan, akhirnya mengakibatkan kekurangan stock serta naiknya harga barang. Berdasarkan ilmu ekonomi, jika jumlah permintaan meningkat memang harga akan cenderung naik.

Sedangkan di bulan Ramadan, kalap belanja lebih disebabkan oleh lapar mata. Ini berdasarkan pengalaman saya minggu lalu pada saat berbelanja makanan di penjual sayur Ada beberapa bahan makanan yang hanya dijual di bulan Ramadan saja misalnya timun suri, buah atep serta berbagai bahan untuk kolak. Tanpa saya sadari dalam satu kali waktu belanja, saya membeli semua makanan tersebut. Dan saya baru menyadari bahwa belanjaan saya berlebih pada saat sudah tiba di rumah.

Belanja online yang sangat marak saat ini salah satu penyebab kita dapat belanja berlebihan. Ingat dengan istilah "modis" alias "modal diskon"? Bagi wanita, kata 'diskon' bagaikan magnet untuk berbelanja. Diskon terdengar identik dengan murah. Padahal faktanya ini hanyalah strategi marketing untuk meningkatkan penjualan. Sehingga tanpa disadari kita dapat berbelanja berlebih untuk barang yang mempunyai embel-embel "diskon" dan "free ongkir".  

Bagaimana Mengurangi Kalap Belanja Makanan?

Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengurangi fenomena kalap belanja. Menurut saya ini dapat dengan mudah dilakukan mulai saat ini.  

Pertama, membiasakan untuk membuat catatan belanja. Ini berlaku pula pada saat kita akan berbelanja makanan di penjual sayur ataupun belanja di supermarket. Tentunya list ini sesuai dengan kebutuhan kita. Misalnya seperti saya yang sekarang membuat jadwal belanja satu kali satu minggu, maka list hanya berisi kebutuhan makanan selama satu minggu. Boleh dilebihkan tapi mungkin hanya untuk dua hari saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun