Sidoarjo, kota yang menyimpan banyak sekali tradisi dan kearifan lokal yang masih belum terjamah oleh sebagian orang, salah satu tradisinya adalah Lelang Bandeng Kawak.
Apa sih Lelang Bandeng Kawak, kapan munculnya Lelang Bandeng Kawak, siapa yang mencetusnya untuk pertama kali? Semuanya akan dijawab dalam artikel berikut ini.
                    **
Sidoarjo adalah kota penghasil udang terbesar di Jawa Timur, jadi tidak heran jika udang menjadi ikon bagi kota Sidoarjo dan sampai terkenal menjadi julukan kota udang. Ini tidak hanya menjadi opini ataupun isu belaka, namun ini memang sebuah realita yang mana dibuktikan adanya patung udang yang terletak di Balongbendo, Krian. Namun tidak hanya itu, Sidoarjo selain terkenal dengan ikon udang, kota ini juga terkenal dengan ikon bandeng, yang mana dibuktikan dengan adanya sebuah tradisi yang bernama Lelang Bandeng Kawak.
Bagi kebanyakan masyarakat Nahdatul Ulama (NU) merayakan hari besar adalah kegiatan wajib, seperti memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW. Biasanya, Pada peringatan nya diadakan sholawatan dan kenduren bersama. Hal yang menarik disini adalah pada kenduren di Sidoarjo, menu makanan yang disajikan adalah tumpeng dengan bandeng sebagai lauk utamanya.Â
Banyaknya petani tambak yang membudidyakan ikan bandeng, membuat bandeng menjadi salah satu komoditas utama dalam budidaya tambak di Sidoarjo. Banyaknya Produksi Bandeng mendasari muncul nya acara Lelang Bandeng Sidoarjo, bukan sembarang ikan bandeng. Tetapi bandeng "kawakan" yang dipelihara khusus berumur 5-10 tahun sehingga bisa mencapai barat 7kg-10kg per-ekor.Â
Bandeng dengan ukuran terbesar dan terberat dilelang untuk dijual dengan harga tertinggi. Jumlah nya yang sangat sedikit menjadi layak untuk diperebutkan dengan dilelang. Tercetusnya ide lelang bandeng Sidoarjo ini merupakan hasil pemikiran cemerlang dari R.Samadikoen, beliau merupakan bupati KDH tingkat ll Sidoarjo. Lelang Bandeng pertama kali diadakan pada tanggal 18 Juli 1962.
Kegiatan Lelang Bandeng ini awalnya sempat mengalami pasang surut, contohnya saja pada tahun 2006-2011 kegiatan lelang bandeng sempat berhenti total akibat semburan Lumpur Lapindo. Lumpur Lapindo sendiri adalah bencana alam yang berupa semburan lumpur panas yang terjadi di kota Sidoarjo yang bertepatan di Dusun Balongnongo, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong. Peristiwa tersebut timbul karena kegiatan pengeboran sumur PT Lapindo. Menurut beberapa ahli peristiwa terjadinya semburan lumpur panas tersebut dikarenakan adanya kesalahan dalam pengeboran.Â
Menurut para ahli yang lain adalah dikarenakan dampak dari gempa bantul pada tahun 2006. Ada juga yang mengatakan peristiwa tersebut terjadi karena dampak kombinasi dari gempa dan kesalahan pengeboran. Bencana alam tersebut memberikan dampak negatif yang sangat merugikan masyarakat sekitar dan perekonomian Provinsi Jawa Timur dan sampai sekarang lumpur lapindo masih ada dan belum bisa diatasi. Â
Nah seperti itu lah sekilas tentang Lumpur Lapindo. Setelah teratasinya lumpur lapindo, kegiatan lelang bandeng ini kembali ada tetapi dengan nama yang berbeda yaitu, Lelang Bandeng Kawak.
Bupati Sidoarjo, H. Saiful Ilah mengatakan bahwa selain untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Kegiatan Lelang Bandeng kawak juga untuk melestarikan tradisi para pembudidaya tambak dahulu, memelihara bandeng hingga kawakan dan berukuran besar dan melelang nya pada peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, dan perlu dipelihara dan diletarikan.
"Melalaui Lelang Bandeng tradisional saya berharap bisa membangkitkan motivasi petani tambak agar lebih meningkatkan hasil budidaya ikan bandengnya, dan mampu mendorong para petani tambak untuk terus meningkatkan produksi perikanan di Sidoarjo," harapnya.
Ketua Panitia Lelang Bandeng Kawak 2017 Nur Achmad Syaifuddin yang juga merupakan Wakil Bupati Sidoarjo menyampaikan rasa syukurnya atas bertahannya tradisi Lelang Bandeng Kawak hingga saat ini. "Banyak sekali manfaatnya sehingga Sidoarjo dikenal dengan daerah penghasil bandeng terbesar di Jawa Timur," ucap beliau
Pada saat ini masyarakat luas sudah mengenal apa itu kebudayaan Lelang Bandeng Kawak.