Aku baru bertemu dengan saudara kembarku saat usia 10 tahun. Namanya Diego. Ia muncul ketika papa melampiaskan kemarahannya kepadaku karena mama. Katanya mama punya laki-laki lain dan aku bukan anaknya. Mama menangisiku karena tidak bisa menolongku. Ia juga sudah terlalu lemah ulah papa yang sudah lupa diri.
Diego mencoba menenangkan papa, tetapi papa yang sudah kesetanan mendorong Diego hingga terpental ke dinding. Aku semakin takut, papa terus memukuliku, menendangku dan makiannya tepat di lubang telingaku seakan ingin memecahkan gendang telingaku.
Diego yang tak tahan melihat papa menganiaya aku, juga ikut kalap. Diambilnya sebuah vas bunga berbahan keramik dari atas lemari kecil dekat dinding, lalu dipecahkannya . Diego mendekati papa dengan marah, menusukkan bagian vas bunga yang runcing ke pinggang papa berkali-kali.
Mama histeris. Papa meringis kesakitan. Mereka meneriakkan namaku menyuruh berhenti. Diego mengindahkan lalu tiba-tiba menghilang.
Aku tertegun, pecahan vas bunga yang tadinya dipegang oleh Diego sekarang berada di genggamanku. Tanganku juga berlumuran darah, tetapi tidak ada luka. Itu darah segar milik papa.
02.37 a.m
11 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H