Judul di atas diambil dari salah satu tweet-nya dr. Tirta dua tahun yang lalu yang sempat viral dan cukup kontroversial. Hidup itu kompetisi, hidup itu keras jadi jangan lembek, jangan manja juga. Begitu kira-kira kesimpulan utas dari dr. Tirta di Twitter.
Keras dan kompetitif, tapi kalau dipikir-pikir bisa jadi apa yang ada di-tweet itu benar juga. Di sekolah, kita harus bersaing dengan teman sekelas kita untuk dapat nilai terbaik. Setelah lulus harus mengalahkan ribuan orang untuk dapat masuk sekolah atau universitas favorit.
Mau dapat beasiswa juga harus bersaing dengan mahasiswa yang IPK-nya tinggi dan punya prestasi. Setelah lulus kuliah bersaing lagi dengan ratusan ribu pelamar kerja untuk mendapatkan pekerjaan.
Dalam dunia kerja agar mendapat promosi jabatan juga harus berkompetisi dengan rekan kerja agar berprestasi dan memiliki performa kerja yang baik. Mau mendapat jodoh juga harus bersaing dengan kandidat lain yang mungkin lebih good looking dan yang lebih kaya. Mau naik haji juga kompetisi, siapa yang mendaftar lebih dulu yang berangkat. Siapa yang bisa membayar mahal akan berangkat lebih cepat dengan Haji Plus.
Tapi di satu sisi, benarkah hidup itu merupakan kompetisi? Seandainya memang hidup tentang kompetisi, pernahkah kita merasa capek harus berkompetisi terus selama hidup, bagaimana cara kita menyikapinya?
Benarkah Hidup Adalah Kompetisi?
Kompetisi atau persaingan adalah ketika kita membandingkan sesuatu, saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu dan mencari yang terbaik. Memang banyak hal dalam hidup merupakan kompetisi bahkan kitapun juga harus berkompetisi melawan diri sendiri, melawan rasa tidak percaya diri, melawan kecemasan dan hal lain yang ingin kita ubah.
Namun hidup juga bukan hanya kompetisi, atau membandingkan antara satu dengan yang lain karena tidak semua hal dalam hidup harus dibandingkan. Ada hal tertentu yang mungkin tidak ada pembandingnya dengan orang lain.Â
Tidak semua orang memiliki definisi kesuksesan yang sama. Misalnya ada yang menganggap sukses itu kalau sudah punya kekayaan yang melimpah, atau ketika kita sudah bisa keliling dunia.Â
