Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ziarah ke Astana Giribangun Peristirahatan Terakhir Mantan Presiden Soeharto

2 Februari 2024   10:08 Diperbarui: 5 Februari 2024   11:23 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian depan Astana Giribangun. Foto: DokPri

Astana Giribangun merupakan komplek pemakaman mantan Presiden Republik Indonesia yang kedua, bapak Soeharto dan istrinya Ibu Tien Soeharto beserta keluarga besarnya.

Lokasi Astana Giribangun berada di ketinggian 660 dpl di kaki gunung Lawu, tepatnya di desa Girilayu, Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.

Ibu Tien yang juga masih kerabat keturunan dari Mangkunegoro III Solo memiliki alasan untuk memilih lokasi tersebut dikarenakan lokasinya tepat di bawah Astana Mangadeg. 

Astana Mangadeg sendiri merupakan pemakaman raja Mangkunegara yaitu makam Raden Mas Said atau Mangkunegara I, Mangkunegara II dan Mangkunegara III. 

Perjalanan Menuju Astana Giribangun

Akses termudah menuju kawasan Astana Giribangun adalah melalui kota Solo yang bisa ditempuh selama kurang lebih satu jam perjalanan. Karena lokasinya berada di atas perbukitan Ngaglik, maka akan melewati jalan berkelok-kelok dan menanjak dengan pemandangan alam yang indah dan sejuk.

Untuk masuk ke Astana Giribangun, tidak dikenakan biaya tiket masuk. Cukup mengisi pendaftaran sebelum pintu masuk lalu meninggalkan KTP untuk diberi surat izin tanda masuk. Nanti sebelum keluar dari Astana Giribangun, pengunjung dapat memberi donasi seikhlasnya di kotak yang disediakan oleh pengelola.

Pohon buah Kepel yang sudah langka. Foto: DokPri
Pohon buah Kepel yang sudah langka. Foto: DokPri

Memasuki lokasi, berjajar pepohonan hijau yang rindang serta taman yang asri dan terawat membuat suasananya adem dan tenang. Yang menariknya lagi di dekat pintu masuk ada pohon buah Kepel. Pohon ini sekarang termasuk pohon yang langka dan unik karena buahnya menempel di batang pohon.

Kompleks pemakaman seluas kurang lebih 4,3 hektar mulai dibangun oleh Yayasan Mangadeg Surakarta pada 1974 dan selesai tahun 1976. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun