Mohon tunggu...
Rangga Sugeri
Rangga Sugeri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo perkenalkan saya Rangga Sugeri biasa dipanggil Geri, saya merupakan seorang mahasiswa yang gemar menulis. Jadi jangan lupa baca terus tulisan-tulisan saya. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelusuri Jejak Makam Sang Jagoan Djakarta

28 Januari 2023   16:27 Diperbarui: 28 Januari 2023   16:30 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Suasana di sekitar Makam Pangeran Jayakarta, tampak banyak masyarakat sedang berziarah di makam Pangeran Jayakarta yang berada di kawasan Masjid Jami’ Assalafiyah Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur. Foto: dok.Rangga Sugeri)

Sebagian keturunan pangeran Jayakarta tetap merawat Makam Pangeran Jayakarta yang semakin digerus zaman. Makam ini khas karena terletak di sebuah masjid peninggalan Pangeran Jayakarta di Jakarta Timur bernama Masjid Jami’ Assalafiyah. Makam ini selalu menjadi tujuan wisata religi bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Matahari sudah mulai terik menyapa jalan beraspal berwarna hitam pekat, saat para lelaki bergerak lambat sebelum akhirnya memasuki halaman sebuah bangunan dengan corak putih hitam dan emas menghiasi dinding gapura. Mereka benar-benar taat, satu persatu melepaskan alas kaki yang mereka gunakan. Memasuki selasar bangunan, sebuah lampu gantung berwarna putih dan emas menghiasi di langit-langit. Jalan menuju selasar dihiasan poster pengingat akan ketaatan kepada sang pencipta terpampang di sebelah kiri bangunan, rapi dan teratur. 

Di sebelah kanan selasar bangunan terdapat tempat berwudu yang sangat bersih. Beberapa meter ke depan terdapat pintu masuk di sebelah kiri, yang memisahkan antara bangunan utama dengan pendopo yang semua lantainya sudah berkeramik. Kawasan ini dikenal oleh masyarakat sebagai Makam Pangeran Jayakarta yang berdampingan dengan Masjid Jami’ Assalafiyah. Makam Pangeran Jayakarta itu berusia lebih dari 380 tahun “Makam ini ada sejak tahun 1640 setelah Pangeran Jayakarta meninggal dan dimakamkan disini” kata Hamim Harun (65). Salah satu pengurus Masjid Jami’ Assalafiyah, Jumat (18/11/2022).

 Menelusuri jejak makam sang jagoan Djakarta dimulai dari pendopo berukuran 10 x 10 meter. Plang berwarna putih besar di sebelah depan bertuliskan bagaimana keseriusan pemerintah utuk melindungi keutuhan cagar budaya terpampang dengan jelas. 

Di dalam pendopo bisa dijumpai makam Pangeran Jayakarta yang di payungi pohon besar nan rindang. Posisi makam Pangeran Achmad Djaketra pun berada paling barat dan didampingi 4 deretan makam keluarga lainnya. Yaitu makam Pangeran Lahut yang merupakan anak dari Pangeran Jayakarta, yang kedua ada makam Pangeran Sageri, yang ketiga makam Pangeran Soeria, lalu ada makam Ratu Rapiah yang merupakan istri dari Pangeran Jayakarta. Kata Hamim Harun.

Sejarah

Hamim Harun menjelaskan dahulu, sebelum adanya makam Pangeran Jayakarta, Belanda kembali datang ke Jayakarta, maka kembali terjadi perang sengit antara pasukan Belanda dengan pasukan Pangeran Jayakarta. Pasukan tentara Belanda lebih kuat, kemudian berhasil memporak-porandakan pasukan gabungan pangeran Jayakarta dan Banten. Pasukan Banten melarikan diri ke arah Barat dan Selatan sedangkan pasukan pangeran Jayakarta melarikan diri ke arah Tenggara, yaitu daerah yang kemudian dikenal sebagai daerah Jatinegara Kaum, Jakarta Timur. 

Di Jatinegara Kaum, Pangeran Jayakarta memulai kehidupan baru bersama keluarga dan para kerabatnya. Setahun kemudian, Pangeran Jayakarta membangun sebuah masjid yang sekarang bernama Masjid Jami’ Assalafiah. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga digunakan oleh Pangeran Jayakarta untuk menyusun strategi perang melawan Belanda. Pada tahun 1640, Pangeran Jayakarta akhirnya meninggal dan dimakamkan di komplek pemakaman keluarga di Jalan Jatinegara Kaum yang sekarang dikenal sebagai makam Pangeran Jayakarta.

Makam ini yang dulunya dirahasiakan, karena Pangeran Jayakarta berwasiat kepada keturunannya, agar tidak seorangpun mengetahui letak makamnya agar Belanda tidak mencarinya. Namun seiring berjalannya waktu, lokasi ini menjadi cagar budaya dan sudah mendapatkan renovasi sebanyak 2 atau 3 kali oleh Gubernur Ali Sadikin dan juga Gubernur R. Soeprapto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun