Mohon tunggu...
Randy Hendrawanto
Randy Hendrawanto Mohon Tunggu... wiraswasta -

Lahir di Situbondo, Jawa Timur, dan pernah kuliah di UMM Malang. Minat saya: Politik, Ekonomi, Olahraga dan Hukum.\r\n\r\ntwitter : @Randy_Hendra\r\n\r\nFB:http://www.facebook.com/randy.hendrawanto

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Antara Islam dan Budaya Arab

5 Desember 2014   18:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:58 2014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tentunya kita tak lupa dengan sosok yang menurut saya fenomenal dalam dunia politik, dunia Islam dan beliau merupakan tokoh yang memperjuangkan Pluralisme yang bersandarkan pada toleransi serta beliau sebagai pejuang demokrasi yang konsisten di negeri ini, beliau seorang ulama sekaligus politisi. Beliau adalah KH.Abdurrahman Wahid, yang lebih dikenal sebagai "Gusdur", Presiden ke-4 Republik Indonesia. Kenapa saya disini memaparkan sosok Gusdur dalam catatan saya yang berjudul "Antara Islam dan Budaya Arab", karena banyak buah fikiran beliau yang saya kutip dalam catatan saya ini.

Masih hangat ditelinga kita, meme Gusdur yakni : "Islam datang bukan untuk mengubah budaya leluhur kita jadi budaya Arab... Bukan untuk AKU menjadi ANA... SAMPEYAN menjadi ANTUM... SEDULUR menjadi AKHI... Kita pertahankan milik kita, kita harus filtrasi ajarannya, tapi bukan budayanya". Dan pastinya akan banyak yang menuduh Gusdur anti arab. Jawabannya tidak, dan kita ketahui, nama Gusdur itu arab, dan sekolahnya juga di Timur-Tengah, di Mesir dan Iraq. Bahkan konon saat dia sedang menempuh studi sastra di Iraq, dia sering mengirim surat cinta dengan romantisme-romantisme ala arab, dengan mengutip syair-syair arab, ini bukti beliau sangat menghargai budaya arab.

Gusdur menurut saya hanya ingin melakukan pemahaman dengan analisa-analisanya bahwa Islam datang di nusantara, bukan serta-merta mengubur dalam-dalam budaya lokal. Menurut Gusdur arab itu budaya, dan sama kedudukannya dengan budaya-budaya di seluruh belahan dunia, Islam bukan identik dengan Islam. Tidak bisa kita bayangkan Indonesia yang kaya akan seni, adat, budaya dan memiliki kearifan lokal masing-masing, akan di eliminir karena datangnya Islam?.. Islam yang menggerus budaya lokal, atau pemahaman yang tidak tepat, karena tak bisa memfiltrasi Islam dari budaya arab?.. coba kita berimajinasi kedepan saat filtrasi ini tak berjalan, maka bangsa ini akan kehilangan identitasnya dan anak cucu kita akan minim referensi akan kekayaan budaya Indonesia. Tentunya kita juga tak ingin secara serampangan menginterpretasikan akulturasi budaya, dengan memaksakan mengedepankan budaya di depan agama, maka kita harus pandai memilah, mana budaya yang tak bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang kita bersepakat untuk mempertahankannya.

Dan tak lupa disini kami tetap menghargai mereka yang ingin mengadopsi budaya arab, karena disini tidak ada tendensi pelarangan berkembangnya suatu budaya asing, selama tidak mengandung unsur mudarat yang kompleks. Arab sebagai "lokasi" yang dipilih Allah, sebagai cikal-bakal Islam, bukan berarti budaya arab lebih kita utamakan dari budaya yang lain, dan lantas akan lebih Islami karena berjubah, bersorban, atau pakai anta, antum, akhi, milad, ahad dan lainnya. Nabi Muhammad memang arab, tapi musuh nabi juga arab, Abu Jahal dan Abu Lahab juga bersurban dan berjubah, pakek antum, akhi dan sebagainya, lantas bagaimana kita memposisikan hubungan keduanya, yakni antara Islam dan arab??

Artinya Islam agama yang universal, bagaimana ke universalannya di ekspresikan dalam konteks sejarah tertentu, termasuk di Indonesia. Dan ijinkan saya mengutip kembali ide-ide Gusdur, yakni "Pribumisasi Islam" ke Islaman yang mengakomodasi dan menyerap budaya lokal, tapi tetap pada prinsip-prinsip budaya yang tak bertentangan dengan ajaran Islam. Dengan prinsip-prinsip universalisme Islam yang di jabarkan dalam ide "Pribumisasi Islam" ala Gusdur, maka akan memperkaya peradaban Islam, yang kelak tak hanya bersumber dari belahan bumi di Timur-Tengah saja, tapi bisa juga dilihat dari Indonesia, Eropa dll kekayaan peradaban Islam tersebut. Pribumisasi Islam di Indonesia akan beda dengan pribumisasi islam di arab, dan juga akan beda dengan pribumisasi Islam era sekarang dengan pra-modern, karena konteks sejarahnya berbeda.

"Antara Islam dan Budaya Arab" adalah sebuah penegasan akan pentingnya interpretasi universalisme Islam dalam konteks setempat, dan itu artinya penegasan tentang Islam untuk kaum muslim Indonesia, bukan Islam Arab. Hanya dengan cara itulah justru terbukti bahwa Islam relevan untuk setiap masa dan tempat.

~sumber:

www.gusdur.net

kultweet @Sahal_AS (pengurus NU cabang istimewa Amerika-Kanada)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun