Tiba-tiba sama seperti kemarin malam, Orion menarik paksa wajah mungil Maharani ke dalam kedua tangannya yang cukup besar namun berjari lentik panjang.
Rani ingin mengelak. Tetapi sungguh aneh, ia tak mampu. Orion pun tak mau didorong untuk ketiga kalinya Sekali lagi pemuda itu menatap sedekat mungkin wajah lugu Maharani, "Jika perlu, akan kuakui apa yang kurasakan sejak pertama kali mengenalmu! Pada hari pertama, saat aku sekali lagi berhasil menjauhkan diri dari wanita tua yang menjadikanku suami kedua, aku betul-betul sudah tak tahan lagi. Rani, I'm not a saint, not a holy man, and definitely not an angel! But I need to be loved. Dan anehnya, kau selalu membuatku gemetar. You gave me the shivers!"
Bersama dengan kalimat itu, dengan buas Orion mendesak bibir Maharani untuk kedua kalinya. "Please, feel me once again. I beg you!"
Tidak, tidak, tapi... Rani kali ini tak bisa lagi memungkiri perasaannya. Entah apa yang merasukinya, kini pertahanannya melonggar. Dibiarkannya Orion melakukan keinginannya, atau lebih tepatnya, keinginan mereka berdua.
Siang itu cenderung hangat, udara cerah berangin. Namun Rani merasa kepanasan, telapak tangannya mulai basah. Astaga, ia tak bisa menghindar lebih lama lagi. Bibir pemuda tampan ini sangat nikmat. He's really a good kisser! Oh my God. Why I let him did this to me! Please, stop, no... Semua kata-kata itu hanya menjadi buah pikiran Rani. Dengan heran ditemukannya kedua tangannya ikut mendekap wajah Orion, meraih rahangnya yang tegas. Kulitnya putih bersih, sedikit titik-titik kelabu bekas cukur masih saja membayang di dagu terbelahnya, ia memang istimewa bagaikan seorang Dewa Yunani! Bibirnya seperti permen manis nan nikmat, terasa istimewa dan legit, membuat kecanduan lagi dan lagi.
"Uh, why you did this to me? Kita tak bisa begini! Ini hal yang terlarang, tak peduli sebagaimanapun inginnya kubalas perasaanmu! Honestly, please forgive me if it's wrong, but actually, I started to want you as well!"
Ada rasa lega yang luar biasa meledak-ledak dalam dada saat Rani mengeluarkan apa yang ia rasakan.
"Wait. Apa aku tak salah dengar? So you want me too? Why?" Orion sedikit terkejut dengan perubahan mendadak Maharani itu.
"Actually, I have to admit. Izinkan kuakui sesuatu yang memalukan yang tak sengaja terjadi. I saw both of you that night! Kuakui, pada malam pertamaku di kediaman Delucas, di main mansion, aku..."
"Oh, jangan-jangan kau melihatku dan si nenek sihir itu berusaha keras melakukan kewajiban layaknya suami istri? Sungguh memalukan. Tapi, tak apa-apa, anehnya aku malah merasa sangat senang, I feel overjoyed..." Senyum nakal terbit di wajah Orion.Â
Tanpa ada yang memulai, sekali lagi keduanya mencoba memadukan bibir untuk yang keempat kali. Saling memagut, saling menikmati, walau belum berani lebih jauh lagi dari ini. Setidaknya untuk saat ini!