Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Platonik

26 September 2010   07:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:57 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Nyobaiiin...!" bibir Lulu menyeruduk pada gelas es jeruk yang dipegang Tyo. Srluuup! Hampir sepertiga gelas habis disedotnya. "Tega lu...!" kernyit Tyo pasrah. Gadis berponi itu malah nyengir. "Enak!" "Pastilah, orang tinggal nyeruput doang." "Hehehe!" Bukan cinta. Ini cuma rasa sayang yang tak jelas bentuk. Lulu tahu itu, Tyo juga. Saling ledek, saling usil, saling ngambek, memperparah definisi perasaan sayang itu. Karena setelahnya, mereka bisa tertawa bersama, memberi pertolongan tanpa diminta, menepuk pundak saat salah satunya selesai bercurhat. Mereka tidak tahu kenapa tidak pernah muncul perasaan cinta pada keduanya. Mereka tidak pernah saling tanya soal itu. Memang sempat terungkap alasan-alasan, tapi itu pun muncul dari pertanyaan penasaran sahabat-sahabat mereka. "Gua kenal kecilnya kayak apa tuh anak. Manja...cengeng!" itu versi Tyo. "Hahaha, nggak mungkinlah...tu anak badung banget, sok pinter, sok menguasai. Udah kliatan dari kecil," yang ini versi Lulu. Entah dari mana teorinya. Pertemanan sejak kecil, melihat tumbuh dewasa bersama, saling mengetahui sifat buruk masing-masing seolah bukanlah alasan yang masuk akal bagi tumbuhnya benih cinta. Terlebih masing-masing mereka memang punya selera yang berlawan soal pasangan asmara. Lulu pernah berpacaran dengan Riko. Seorang lelaki atletis yang sering memberinya banyak coklat dan bunga. Tipe yang kontras betul dengan Tyo. Lelaki pendek dan selalu telat memberi Lulu ucapan selamat ulang tahun. Dan itu sering membuat Lulu kesal. Sementara Tyo sendiri kerap merengek minta dikenalkan pada Ajeng teman kuliah Lulu, yang menurutnya mirip sekali dengan Risty Tagor. Anggun dan lembut. Lha Lulu? Meski manis, gadis yang sulit menahan ketawanya yang menggelegar itu tidak pernah becus menghargai penampilannya. Yah, seperti inilah hubungan mereka terjalin. Berwarna dan bertahan. "Bakso mulu! Bakal tambah tembem tu pipi," Tyo melirik pesanan Lulu yang baru tiba di meja kantin. Seporsi mie bakso lengkap dengan ceker dan kerupuk pangsit. "Ini chubby tau!" Lulu mengaduk-aduk mie agar bercampur rata dengan bumbunya. Dua buah bakso besar berayun terombak sendok. Seleranya seperti menigkat dua kali lipat. "Hmmm...! Mau?" Tyo menggeleng. "Eh, kamu nggak makan?" Di hadapan Tyo memang cuma ada gelas besar berisi es jeruk yang tinggal setengah. Biasanya siang hari begini Tyo senang sekali memesan soto ayam plus sepiring nasi yang minta dilebihi porsinya. Kerupuk udang dan es teh manis. Istirahat kuliah seperti jadi ajang pelampisan nafsu makan yang menerjang sejak pagi tadi. Karena Tyo hampir tidak pernah sarapan. "Nggak punya duit? Bilang dong sama Lulu!" Air muka Tyo berubah cerah, "bener nih?" "Punya nggak?" "Tadi punya. Tapi pas ketemu Gilang jadi nggak punya." "Huh! Taruhan bola lagi ya!" Tyo nyengir, "susah nolak tantangan dia. Wajahnya sering memprovokasi." "Alasan...! Nggak boleh lagi, ah!" Ini lebih dari sekedar sebuah perhatian. Lulu tahu benar kondisi Tyo. Keluarganya bukan orang berkecukupan. Meski Tyo sendiri punya kerjaan sampingan sebagai penjaga warnet, tapi gaji mingguannya tidak pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan harian dan kuliahnya. "Pesen sana, gih!" Cengiran Tyo makin melebar. Sambil bergegas membawa badannya menuju pejual soto, jari Tyo berhasil mencubit pipi Lulu. "Baik deh si tembem ini!" "Aduh!" jerit Lulu pelan. "Ini chubby..." (bersambung....kalo inget n kalo ada mood juga... :D) Cirebon, 26 September 2010 *tulisan refresing setelah berkutat dengan tulisan-tulisan FF (Foto diambil dari koleksi Leepipes_girl08 Photobucket)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun