Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pencuri Kupu-Kupu

7 Juli 2012   09:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:12 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13416536181583370974

PENCURI KUPU-KUPU

Oleh: Ramdhani Nur


[caption id="attachment_199330" align="aligncenter" width="400" caption="Koleksi Baluran and Me"][/caption]


Filosofi kupu-kupu itu seolah memakan persasaannya sendiri. Ini mengingatkannya lagi pada kupu-kupu yang terbang bebas setelah terperangkap pada jebakan plastiknya. Kupu-kupu yang mencari bunga kebahagiaan, bersama siapapun dia akan menemaninya


Azizah berbegas mematikan pemutar MP3 di hand phonenya. Lagu Firework dari Katy Perry yang menghentak di telinganya ikut juga menghilang. Kepalanya kemudian melongok mengarah ke pintu kamar. Terbuka sedikit. Dari sana tadi suara ibunya menyelinap mengingatkan Azizah untuk shalat Ashar.

“Sudah, Ummiii!”

Sudah lewat pukul empat. Keterlaluan jika selarut ini shalat Ashar belum juga dikerjakan. Jika pun kebetulan Azizah benar-benar lupa, dia tetap akan menjawab sudah. Kemudian sembunyi-sembunyi mengambil air wudhu dan bershalat Ashar di kamar dengan pintu tertutup rapat. Akan menjadi bencana besar jika Aba sampai tahu kewajiban lima waktunya itu terlambat dikerjakan. Tak sampai dimarahi memang, tapi omelannya pasti akan terus terdengar sampai beberapa puluh menit kemudian. Ditambah rasa bersalah dan tak enak hati yang sepertinya akan baru hilang keesokan harinya.

“Sudah sore, lekaslah kau siram tanaman! Ummi lihat sudah ada adenium yang layu.”

Azizah merentangkan tubuhnya jauh-jauh. Pekerjaan sorenya siap menyambut. Tak pantas lagi dia bermalas-malas di dalam kamar. Lekas berdirilah ia mematut cermin, merapikan sedikit letak kerudungnya sampai terlihat pantas benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun