Mohon tunggu...
Rama Romeo
Rama Romeo Mohon Tunggu... -

memandang dari sudut yang berbeda

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menggempur Trah Sukarno di PDIP

25 Maret 2015   09:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:04 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jelang Kongres PDI Perjuangan (PDIP), gerakan "gempur trah Sukarno" semakin marak. Tengok pemberitaan di media massa, baik cetak maupun online. Tak kurang dari pengamat politik Ikrar Nusa Bakti mengeluarkan analisanya seputar "mengapa trah Sukarno tak dikehendaki pimpin PDI Perjuangan". Entah dari mana Ikrar mendapatkan kesimpulan itu.

Lalu, ada survei pakar poltracking yang menghasilkan rumusan mengejutkan, "Trah Sukarno Paling Tidak Direkomendasikan Pimpin PDIP". Bahkan kompas.com pun melansir berita, "Kalahkan Trah Sukarno, Jokowi Paling Direkomendasikan Pimpin PDIP". Bukan hanya itu. Kemenangan (kembali) Boy Sadikin pimpin PDIP DKI Jakarta, sempat-sempatnya diberi judul, "Kalahkan Trah Sukarno, Boy Sadikin Terpilih Lagi Jadi Ketua PDIP Jakarta".

Berita paling baru, justru datang dari adik Megawati yang selama ini dikenal berseberangan, yakni Rachmawati Soekarnoputri. Ia menanggapi statemen Megawati (atas wafatnya mantan PM Singapura Lee Kuan Yew), yang mengatakan, bahwa almarhum Lee adalah mentor Mega. Komentar Rachma, "Itu menunjukkan bahwa Mega bukan anak ideologis Bung Karno. Dia tak lebih dari anak biologis."

Lebih tajam Rachma mengatakan, apa yang dikerjakan Mega selama ini antitesa dari ajaran Bung Karno. Hal ini bisa dilihat dari kebijakan-kebijakan Mega terkait amandemen UUD 1945, korupsi BLBI dan menjual aset negara.

"Selama ini banyak orang yang terkecoh dengan slogan-slogan dan foto-foto Bung Karno yang dikampanyekan Megawati sebagai Ketua Umum PDIP.  Apakah konstituen partainya masih belum terbuka matanya," keluh Rachma. (- See more at: http://www.konfrontasi.com/content/politik/rachmawati-seokarnoputri-ini-buktinya-megawati-bukan-anak-ideologis-bung-karno#sthash.dMbHrfI2.dpuf)

Tak heran.... Sebagai partai pemenang Pemilu sekaligus pemegang roda pemerintahan, PDIP tak akan sepi dari gempuran. Ia bisa datang dari kawan atau lawan politik. Bahkan bukan tidak mungkin bercokol dari kandang banteng moncong putih itu sendiri.

Di internal PDIP sendiri, terdiri atas sejumlah faksi. Ada faksi garis-Megawati, yang saat ini memegang kendali organisasi. Mereka berkepentingan untuk melanggengkan posisi Megawati sebagai Ketua Umum PDIP. Di sisi lain, ada faksi Puan Maharani, anak Megawati sendiri. Puan dikelilingi politisi banteng muda yang siap merebut kursi kepemipinan parpol, jika melihat ada celah, sesempit apa pun celah itu. Nah, faksi lain, beraliran agak ekstrem, dan hendak mendorong Jokowi mengambil kendali PDIP, dan menempatkan Megawati dalam posisi terhormat sebagai Ketua Dewan Pembina.

Bisa dibayangkan, betapa "pengap dan panasnya" suasana di kandang banteng saat ini. Suasana itu cenderung akan meningkat. Karenanya, tidak mengherankan jika kelompok pro-Jokowi-untuk-Ketum-PDIP, sudah beberapa waktu lalu menyuarakan bahwa PDIP tidak selalu dan tidak harus dipimpin trah Sukarno.

Jika gempuran itu berhasil, bukan saja Mega yang akan terpental dari kandang banteng, tetapi juga akan memupus jalan Puan Maharani, Guruh Soekarnoputra, maupun Puti Guntur menggapai kursi tertinggi di PDIP. Bagaimana kansnya? Per hari ini, rasanya masih berat. Tetapi trennya menguat. Apalagi jika penggalangan suara itu jitu, dan berhasil menusuk ke jantung banteng di basis-basis massanya.

Megawati? Sudahlah.... Cukup. Tidak perlu lagi dikomen. Track-record sudah tergelar. Masyarakat cukup mudah menapak tilas kemunculan nama Megawati di kancah politik, prestasi-prestasi yang berhasil ditorehkan, maupun cerita negatif (yang sebagian dilemparkan adiknya sendiri di atas).

Kader banteng, yang masih menghendaki PDIP identik dengan trah Soekarno, kini hanya punya pandangan kepada dua sosok, Puan Maharani dan Puti Guntur. Satu nama lagi, Prananda, putra Mega dari suami pertama, yang sayangnya, belum (atau tidak) muncul. Belum (atau tidak) dimunculkan. Konon, Prananda ini "Sukarno banget".

Entahlah. Karena di sisi lain, "darah" Sukarno, sejatinya mengalir di tubuh Puti Guntur, mengingat dia anak Guntur Soekarnoputra. Bukankah darah itu menetes dari garis ayah? Selama ini, Puti berkiprah di DPR RI. Ini adalah periode kedua baginya. Duduk di Komisi X, Puti masih lamat-lamat terdengar. Akan tetapi, dibandingkan Puti, banyak yang menilai, Puti lebih "berisi". Entahlah, karena Puti sepertinya juga belum diberi lampu hijau oleh tante dan sepupunya untuk bisa berkiprah lebih di organisasi.

Merekalah: Prananda, Puan, dan Puti yang menjadi andalan penerus trah Sukarno di PDIP. Merekalah sejatinya yang sedang mengalami gempuran. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun