Mohon tunggu...
Rama Guna Wibawa
Rama Guna Wibawa Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis terus sampe lupa caranya berhenti, kecuali adzan, makan dan Bucin

Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Isalam Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[RTC] Kita Ikut Sedih

31 Januari 2021   15:21 Diperbarui: 31 Januari 2021   15:43 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surat untuk Sahabat yang Berduka di seluruh pelosok negeri

Sahabatku, janganlah kau bersedih, ada kami yang selalu menemani, mendoakan mu tiada henti, doa siang dan malam tidak pernah terlewati untuk mu sahabat ku di seluruh pelosok negeri.

Sahabatku, Indonesia kembali berduka

Bencana dimana-mana, pandemi yang entah kapan usainya, jatuhnya kapal sriwijaya, longsornya di Cimanggung, banjir dikalimantan, erupsinya gunung Semeru & merapi dan masih banyak lagi. Hatiku terasa sakit, sesak, pedih, perih. saya merasakan itu, saya merasakan apa yang kalian rasakan disana. 

Namun ketahuilah sahabat tuhan memberikan bencana ini bukan karena tuhan membenci kita, bukan karena tuhan ingin melihat kita berduka, bukan karena tuhan ingin melihat kita sedih, tapi ini adalah ujian bagiku, bagimu dan bagi kita semua. Untuk menjadi manusia  yang tegar, kuat dan hebat.

sahabatku, Kita ikut sedih

saya tahu betul bagaimana merasakan sakitnya kehilangan orang tua, bagaimana sakitnya kehilangan orang yang kita sayang, bagaimana kehilangan harta benda yang kita miliki, bagaimana kita kehilangan apa yang sudah kita punya. 

Tuhan memberikan pesan kepada kita bahwa apa yang kita miliki di dunia ini adalah titipan. tuhan memberikan pelajaran kepada kita bagaimana kita menjadi seorang hamba harus terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita melalui bencana yang dikirimkannya. kita harus tabah sahabat, biarlah apa yang tuhan berikan kepada kita itu diambil kembali sekehendaknya, itu sudah menjadi urusan tuhan, kita harus tabah, kita harus sabar, kita harus merelakan itu semua. kita harus ikhlas

sahabatku, Indonesia kembali bersedih

pandemi yang tidak tau pasti kapan berhenti, vaksin yang tidak kunjung datang, laksana merpati yang terbang tinggi nun jauh tidak tau arah jalan pulang, ya itu lah gambaran kita semua hari ini, kita sudah berjalan sangat jauh, kita sangat egois, naif, sombong, sehingga kita lupa bahwa semua akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun