Yogyakarta sendiri memiliki banyak kafe dan toko yang menjual kopi. Bisnis kopi Yogyakarta sendiri menciptakan potensi ekonomi yang signifikan, dengan 800 kedai kopi di Yogyakarta berpotensi mencapai Rp 350,4 miliar per tahun. Realisasi ekonomi saat ini berasal dari 600 kedai kopi yang terdaftar di Yogyakarta, mencapai Rp 262,8 miliar per tahun. Realisasi ekonomi kedai kopi adalah jumlah kopi yang dijual setiap hari dikalikan dengan harga eceran setiap cangkir. Misalnya, 80 cangkir kopi dijual setiap hari dengan harga Rp15.000 per cangkir. Artinya, setiap kafe mendapat penghasilan Rp 1.200.000 per hari. Mengalikan jumlah kedai kopi yang terdaftar memberikan angka besar Rp 262,8 miliar.
Tentunya hampir setiap kafe atau kedai kopi di Yogyakarta memiliki strategi pemasarannya masing-masing. Mereka dapat melakukan promosi atau mengandalkan promosi untuk membuat mereka senyaman atau seunik mungkin untuk memberi mereka karakteristik unik yang tidak ditemukan pada pesaing lain. Seperti yang digambarkan peneliti, membuat kafe atau kedai kopi yang didesain memiliki keunikan tersendiri tentunya membutuhkan anggaran yang tidak sedikit.
Â
KAJIAN PUSTAKA
Â
Secara umum, kedai kopi adalah tempat untuk menawarkan dan menjual minuman olahan yang terbuat dari biji kopi untuk dikonsumsi masyarakat umum. Kafe adalah sebuah bangunan yang menjual makanan dan minuman. Kedai kopi didirikan dan dibangun untuk memenuhi kebutuhan produsen dengan menjual minuman dan produk berupa kopi, didukung oleh budaya pecinta kopi dan faktor lain seperti menciptakan kedai kopi.Tempat berinteraksi dengan sesama manusia
Pertama, minum kopi sudah lama menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Pasalnya, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil biji kopi terbesar di dunia. Daerah penghasil biji kopi yang terkenal antara lain Aceh, Lampung, Medan, Jawa, Ternate, Sulawesi dan Flores. Bahkan bagi orang Eropa kuno, kopi nikmat yang mereka minum lebih sering disebut Jawa. Di Indonesia, penikmat kopi memiliki usia yang tak terhitung banyaknya, karena mereka tidak terlalu mempertimbangkan usia remaja hingga dewasa bahkan orang tua. Kata kafe (artinya kafe) berasal dari kata Perancis "cafe" yang berarti kopi. Awalnya kafe pinggir jalan yang sederhana, sekarang bertempat di gedung hotel bintang lima dan pusat perbelanjaan dengan berbagai nama. Salah satunya adalah kedai kopi yang sekarang sebenarnya menjual makanan berat, tetapi juga melayani tamu yang memesan minuman dan makanan ringan.
Dari beberapa penjelasan di atas, penulis menyatakan bahwa pengertian kedai kopi adalah menawarkan berbagai macam kopi dan minuman non-alkohol lainnya di tempat yang santai dan nyaman, Â dengan musik baik melalui pemutar atau live. Kami menyimpulkan bahwa lokasi adalah TV musik dan bahan bacaan, desain interior yang unik, layanan yang ramah, dan beberapa di antaranya menyediakan konektivitas internet nirkabel.
 Kopi kini  menjadi bagian dari gaya hidup, khususnya bagi mereka yang berdomisili di kota-kota besar yang menjadi perhatian penelitian ini, khususnya Jakarta dan Yogyakarta. Secara khusus, dengan semakin banyaknya kafe  kopi spesial dan inovasi  pembuatan kopi,  semakin banyak pecandu kopi mengunjungi dunia. Konsumen datang ke toko Starbucks tidak hanya untuk minum kopi, tetapi juga karena toko tersebut menciptakan suasana emosional. Entah itu rasa bangga, ketenaran, atau kehangatan. Perilaku anak muda yang pergi ke kafe melihat Jakarta tidak hanya  sebagai kota besar, tetapi juga di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Beberapa kedai kopi yang memiliki izin dagang dari luar negeri, tetapi anak-anak muda di kota-kota besar lainnya juga menunjukkan gaya hidup urban. Sebagai kota metropolitan dengan banyak pendatang, terutama kaum muda, Yogyakarta telah membawa pergeseran gaya hidup ke  modernisasi karena tekanan permintaan hiburan dan kurangnya filter  modernisasi. Hal ini ditunjukkan dengan menjamurnya klub malam, karaoke, retailer dan kafe.
Â
METODE PENELITIAN