Mohon tunggu...
Ramadhan Sefian
Ramadhan Sefian Mohon Tunggu... mahasiswa

semangat semangat dan semangat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Kedai Kopi di Kota Yogyakarta

18 Januari 2022   10:13 Diperbarui: 18 Januari 2022   10:17 3444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PERKEMBANGAN KEDAI KOPI DI KOTA YOGYAKARTA

Oleh :

Ramadhan Sefian Perdana

 

ABSTRAK 

 

Dengan perkembangan zaman yang terjadi di Indonesia, gaya hidup masyarakat telah berubah, terutama bagi para pelajar. Anda memiliki sedikit waktu untuk mengobrol karena waktu Anda hanya dihabiskan untuk belajar. Adanya fenomena tersebut membuat para pengusaha melirik kedai kopi sebagai peluang bisnis yang menjanjikan. Saat ini banyak kedai kopi yang menawarkan one stop shopping, sehingga pengunjung dapat dengan cepat mendapatkan apa yang diinginkan di satu tempat.  Yogyakarta sendiri memiliki banyak kafe dan toko yang menjual kopi. Bisnis kopi  Yogyakarta sendiri menciptakan potensi ekonomi yang signifikan, dengan 800 kedai kopi di Yogyakarta berpotensi mencapai Rp 350,4 miliar per tahun. Kota Yogyakarta memiliki banyak  tempat yang bagus untuk berfoto, tempat yang tenang untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, tempat yang nyaman untuk bersantai bersama teman, dan kafe yang menawarkan hiburan untuk  remaja dan anak muda.

PENDAHULUAN

 

Saat ini bisnis kopi adalah bisnis yang cukup menggiurkan. Karena di masa ini kopi bukan lagi kebiasaan untuk menghilangkan kantuk, tapi sudah menjadi life style. Kedai, warung, atau tempat ngopi menjamur. Ada yang skalanya kecil, hanya sebatas warung di ujung gang dengan kursi -- kursi panjang atau kedai dekat kampus dengan layanan wifi yang cepat, hingga tempat kumpul - kumpul keren yang ada di mall, hotel berbintang, maupun kafe -- kafe di jalan utama. Kopi bisa di dapatkan dengan sangat mudah. Di satu jalan di Surabaya yang panjangnya tak lebih dari 5 kilometer bisa ditemukan lima sampai enam warung kopi. Herannya semua kafe itu laku semua. Sepuluh tahun lalu, hanya beberapa kafe -- kafe berkelas yang yang pemiliknya membeli franchise-nya dari luar, seperti Starbuck, Coffee Bean and Tea Leaf atau kafe -- kafe berasal dari Indonesia yang menyasar kalangan atas seperti The Excelso dan Coffee Toffee. Namun sekarang kafe tidak hanya buka di mall atau hotel berbintang saja.

Mereka mendekati konsumen, misalnya dengan berjualan di jalan-jalan strategis di dalam dan di luar rumah elit, kampus, rumah sakit, atau kawasan ramai lainnya. Minum kopi tidak hanya menjadi gaya hidup, tetapi ada peluang besar bagi bisnis kopi Indonesia. Membuat kopi sendiri di Indonesia tidak sulit untuk menemukan bahan utama berupa kopi, karena Indonesia sendiri merupakan penghasil biji kopi terbesar kedua setelah Vietnam dan Brazil. Saat ini, rata-rata konsumsi kopi di Indonesia adalah 685.000 ton per tahun atau 8,9%. Indonesia sendiri juga mengekspor produk kopi olahan ke negara tujuan ekspor seperti Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, China dan Uni Emirat Arab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun