Google menyatakan bahwa Project Nimbus hanya untuk penggunaan sipil/kementerian pemerintah Israel, dan tidak diarahkan pada pekerjaan militer sensitif (“military workloads”, intelijen, atau senjata) menurut beberapa pernyataan resmi.
Namun, dokumen internal dan laporan investigatif menunjukkan bahwa kontrol Google atas bagaimana layanan cloud itu digunakan sangat terbatas setelah data berada di tangan pelanggan (termasuk kemungkinan instansi militer) dan kontrak menyediakan ruang yang bisa disalahgunakan.
Ulang tahun Google: Suka Cita atau Luka atas Kemanusiaan Global?.
Ulang tahun ke-27 Google adalah momentum untuk merenung: Google telah mencapai banyak hal luar biasa-transformasi digital global, inovasi produk, dampak besar terhadap kehidupan manusia di banyak bidang. Namun, dengan kekuatan besar datang tanggung jawab besar.
Tuduhan bahwa Google “terlibat” dalam genosida Gaza tidak berarti bahwa ada konsensus hukum yang menetapkannya sebagai pihak yang terlibat secara langsung. Tapi, ada cukup kontroversi dan keraguan dari aktivis, karyawan, dan lembaga HAM yang menyebut bahwa kontrak seperti Project Nimbus serta penggunaan AI dan cloud oleh pemerintah Israel bisa memberikan kontribusi besar dan valid terhadap pelanggaran hak asasi manusia, pengawasan massal, dan potensi penyalahgunaan dalam konteks konflik.
Google sendiri di satu sisi membantah tuduhan genosida, menyatakan bahwa penggunaan teknologi mereka mengikuti kebijakan dan prinsip internal, namun di sisi lain kritik terus datang-bahwa transparansi dan kontrolnya masih belum cukup.
Selain tujuan ekonomis, perusahaan besar dunia barat- biasanya mencantumkan "penghormatan HAM" sebagai komitmen kuat didalam nilai etika berbisnis mereka. Jangan heran McD bisa hengkang dari Rusia, Unilever bisa stop iklan dan CSR pada lembaga-dengan potensi pelanggaran kebebasan gender dan isu pelanggaran HAM berat. Sekarang kita bicara soal isu genosida di Gaza. Kemana perginya "etika global" itu?
Akhir kata: Logika sebagai alat utama berfikir, bukan Google dan AI
Disinilah letak pentingnya logika filsafat: kemampuan untuk membedakan antara dua premis yang sepadan. Kita bisa melihatnya pada perlakuan global terhadap Rusia saat menginvasi Ukraina. Amerika dan sekutunya menjatuhkan ratusan sanksi.
Terhadap negara-negara yang masih sangat membutuhkan minyak dan gas Rusia-sebagai tulang punggung energi mereka-tetap diancam sanksi apabia nekad membeli. Alasannya jelas: dianggap membantu Rusia memperoleh sumber keuangan sebagai modal perang.
Pertanyaannya: apakah logika kita juga mampu membaca adanya standar ganda ini?. Kalau mampu, nalar kita masih cukup sehat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!