Mohon tunggu...
R Hady Syahputra Tambunan
R Hady Syahputra Tambunan Mohon Tunggu... Karyawan Swasta

Pemerhati Politik Sosial Budaya. Pendidikan Bidang Hukum. Pengikut Gerakan Akal Sehat. Ex Relawan BaraJP / KAWAL PEMILU Pembelajar Tanpa Henti

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Surat Terbuka untuk Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si

2 September 2025   13:26 Diperbarui: 2 September 2025   15:45 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Instagram Divhumas Polri

#Surat Terbuka untuk Kapolri Sigit #Surat Terbuka untuk Kapolri Listyo Sigit Prabowo

Surat Terbuka untuk Bapak Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si.
(Data, Kritik, dan Saran agar anda layak menjadi Kapolri yang dikenang sejarah)

(Versi baru dari Surat terbuka untuk Kapolri Tito Karnavian, 2019) : https://www.kompasiana.com/ramadhanhadysyahputratambunan/5c9fb79d9715944d7d5a0dd4/surat-terbuka-untuk-pak-jenderal-polisi-tito-karnavian

Oleh: R. Hady Syahputra Tambunan
Latar belakang pendidikan di bidang hukum, bekerja sebagai karyawan swasta, aktif menulis di media online dengan fokus pada kritik isu politik, sosial, budaya, dan hukum. Terlibat dalam kegiatan kerelawanan politik serta memiliki minat besar pada kajian filsafat

Salam penuh hormat untuk anda pak Sigit,ada satu kalimat yang sering saya dengar dari para orang tua di kampung: "Nak, kalau ada apa-apa, cari saja polisi. Kalimat sederhana ini dulu sakral. Seragam cokelat menjadi simbol rasa aman, sebuah jaminan bahwa hukum berjalan dan warga kecil tidak sendirian.

Namun, sejarah panjang kepolisian kita menunjukkan kenyataan yang lebih kompleks. Dari era kolonial ketika polisi berfungsi sebagai alat kekuasaan, hingga masa reformasi ketika Polri resmi dipisahkan dari ABRI (1999-2000), transformasi institusi ini penuh janji, prestasi yang membanggakan, tetapi juga penuh luka yang sudah dilupakan publik.

Ketika anda, Jenderal Listyo Sigit Prabowo dilantik pada 27 Januari 2021, publik menyambut jargon Presisi (Prediktif, Responsibilitas, Transparansi, Berkeadilan). Rasanya seperti mendengar ramalan cuaca cerah setelah badai panjang. Namun, sebagaimana ramalan, kadang langit tidak seindah teks pidato.

Masalah yang kita hadapi sederhana sekaligus pelik: kemajuan ada, tetapi perbaikan moral dan etika belum konsisten.

"Presisi" antara Retorika dan Realita

Boleh kami akui: Polri di era anda tidak berjalan mundur sepenuhnya. Ada langkah maju yang patut dihargai. Tahun 2021, data internal menyebut 1.694 personel ditindak karena pelanggaran-angka ini menurun dibanding 2020. Kapolri bahkan secara terbuka meminta maaf karena pelanggaran tetap ada. Permintaan maaf seorang jenderal polisi, bagi sebagian publik, terdengar sebagai angin segar.

Tetapi kepercayaan publik itu turun dramatis. Di layar kaca, satu kasus besar dapat menelan habis ratusan statistik. Skandal Brigadir J (2022) dan tragedi Kanjuruhan (2022) bukan sekadar noda; keduanya adalah retakan besar yang menunjukkan kelemahan sistem pengawasan, manajemen kekuatan, dan etika kepemimpinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun