Mohon tunggu...
R Hady Syahputra Tambunan
R Hady Syahputra Tambunan Mohon Tunggu... Sales - Karyawan Swasta

Pemerhati Politik Sosial Budaya. Pengikut Gerakan Akal Sehat. GOPAY/WA: 081271510000 Ex.relawan BaraJP / KAWAL PEMILU / JASMEV

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tradisi Coret Baju Pasca Kelulusan, Biasa atau Keliru?

14 Mei 2019   02:43 Diperbarui: 14 Mei 2019   18:52 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Ramadhan selalu membawa inspirasi dan hikmah bagi kita. Bisa jadi disaat kita tidak menduga, ada saja kejadian yang dapat kita share kepada semua orang yang dapat memberikan manfaat dan pelajaran.

Demikianlah yang penulis alami saat berbuka puasa di sebuah lesehan pada hari Senin 13 May 2019. Dengan menu andalan ayam geprek dan ikan nila pepesnya membuat penulis hampir tiap hari selalu kembali ketempat sederhana ini, Lesehan Mas Yanto Jalan MH Thamrin Kota Argamakmur.

Brem.. brem..brem.. bunyi gas motor rombongan pelajar yang tiba saat hujan lebat saat itu. Keliatannya mereka butuh tempat teduh.

Baju seragam mereka basah kuyup dan penuh coret2 pilox warna warni khas seperti tayangan di televisi itu loh. "Sepertinya hari ini pengumuman kelulusan mereka", gumamku dalam hati.

Rupanya mereka tidak perduli hujan2an, toh kepalang memang niat basah2an kali. Penulis terkejut dan salut, ternyata mereka semua pada puasa!. Wuih keren yak.. penulis yang alumni SMU pada tahun 2003 saja sebagian pada tidak puasa, apalagi laki2. Pada malas puasa dan sering ngumpet batalin puasa akibat doyan merokok. 

"Bang, bukaannya masih ada bang?" Belum buka bang nih.." tanya seorang pelajar yang sepertinya kepala rombongan mereka. "Habis dek, maaf ya.. jawab pemilik lesehan. Walaupun agak kecewa, namun mereka pamit minta air minum 1 gelas secara bergantian, sekedar membuka puasa.

Tiba2 ada seorang konsumen yang juga makan di meja lesehan di sebelah penulis menyapa rombongan pelajar yang kembali duduk diatas sepeda motor setelah usai berbuka.

"Hm.. gak sayang baju seragammu dicoret2 gitu dek, kan bisa untuk adiknya atau sumbangin gitu pada yang membutuhkan!" Salah seorang pengunjung lesehan bertanya sekaligus menasihati mereka.

Mereka diam seribu bahasa, mereka dengan kode kepala rombongan bergegas cepat2 pamit pulang karena merasa bersalah atau bisa jadi tersindir. "Bang makasih ya minumnya" brem..brem..brem..

Penulis tidak ikutan bertanya. Bukan tidak perduli atau bagaimana. Namun ada rasa yang sama saat penulis lulus SMU dulu, eforia bahagia atas kelulusan setelah 3 tahun menimba ilmu itu adalah 'sesuatu'.

Sebagai respon kepada mereka saat pamitan, penulis hanya melambaikan tangan pada mereka sambil berucap: "selamat berjumpa di Bengkulu, jangan lupa pada kuliah ya, UNIB bagus kok!". (Universitas Bengkulu, pen)

Mereka semua tidaklah keliru, baik anak2 SMU itu maupun seseorang yang bertanya dan memberi nasihat pada mereka. Disini penulis mengajak kita semua memahami bahwa beda generasi berarti ada peluang terjadi beda pemahaman dan kebiasaan.

Kadang bisa jadi menurut kita itu tidak etis atau berlebihan namun kadang bisa jadi itu masih dalam batas yang bisa ditoleransi. Janganlah di Bulan Ramadhan ini kita suuzhan apalagi sampai tega berkata culas. Penulis sampai pernah mendengar kejadian di tempat lain ada ungkapan satir 'lulus coret2 baju, ntar habis ini nganggur tau rasa loe'.

'Nilai2 etika' tentang baju yang seharusnya diwariskan pada adiknya atau disumbangkan kepada yang membutuhkan bisa jadi tidak sepenuhnya benar. Bisa jadi mereka punya beberapa baju seragam, yang berarti hanya satu yang tercoret kan? 

Atau bisa jadi pula mereka ingin mengabadikan baju tercoret itu sebagai kenangan akan perjuangan 3 tahun yang melelahkan dan menguras energi, apalagi deg2an saat UAN (Ujian Akhir Nasional) itu. hehehe.

Tentang satir diatas, maka penulis sekali lagi tidak bermaksud membela. Menurut data statistik, pengangguran di Indonesia menyentuh angka 7-8% dari jumlah angkatan kerja produktif. Jadi ya dari rata2 100 orang menurut angka tadi, maka 7 s.d 8 orang dari mereka berpotensi jadi pengangguran. Mereka yang sekira 15 orang putra dan putri bisa jadi 7 atau 8 % dari 15 orang maka 1 orang yang berpotensi jadi pengangguran, tapi mereka "pengangguran"pun bukan karena coret2 baju seragam kan?

Biarlah mereka menikmati dunianya. Selagi masih dalam koridor positif dan bermanfaat. Namun bila mereka bertindak diluar norma hukum dan kesusilaan, maka sudah tugas kita membimbing mereka sang penerus bangsa.

Selamat menempuh jenjang universitas adik2ku. Jalanmu masih panjang. Setelah eforiamu, masih ada tapak langkah berikutnya: 'kuliah' kemudian'cari pekerjaan', dan satu lagi yang paling penting jadilah generasi yang berguna bagi agama, nusa bangsa dan negara.

Pesta kelulusan boleh ya tapi jauhi miras, narkoba dan freesex! jangan lupakan pengorbanan orangtua dalam menyekolahkan kalian, buatlah mereka bangga dengan prestasi.!

Ramadhan Hady Syahputra Tambunan. Karyawan di perusahaan swasta. KabarDaerah.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun