Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mantan Guru • S1 Bahasa dan Sastra Indonesia • Bergiat di Kembara Rimba dan Salam Semesta • Warga Gg. Mangga Garis Lurus

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Selembar Biji Mata di Meja Kerja

18 April 2018   04:22 Diperbarui: 18 April 2018   04:58 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lampu kota bergetar di matanya, seperti sinar lilin yang berpendar di balik kaca.

Ia duduk di bawahnya sebagai batu.

Lampu itu membuatnya terikat, di antara pecahan cahaya di atas letupan kopi. Kantuk mendidih dalam pikirannya. Ia memandangi kota yang mengabur di meja kerja, dan membiarkan angin menggetarkan kenangan yang membatu dan menindihnya. Sementara malam menangis di cangkir kopi. Ia meraba matanya, mencari kata-kata yang ingin dikubur ke dalam sinar lampu dan bau kopi.

Cerita bergerak

membentuk dirinya;

membangun kota,

menggali kuburan,

menumbuhkan pohon,

melahirkan buah

dan melempar racun

ke udara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun