Mohon tunggu...
Humaniora

Gagal Move On dari PMII FKM UMI

16 November 2018   00:53 Diperbarui: 16 November 2018   02:25 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan Sarabiti di Acara RTAR PMII FKM UMI

Penulis ingin menuliskan tetang rindu kepada PMII FKM UMI, namun" semakin aku memegang erat penaku maka semakin hilang akalku".  penulis pun tak tau harus mulai dari mana tulisan ini, karna terlalu banyak kenangan yang terselubung dalam jiwa kerinduan, PMII FKM UMI  terlalu manis untuk dilupakan dan tidak bisa move on dari kenangan-kenangan manis yang pernah kita ukir bersama. Dengan demikian timbul pertanyaan, apakah harus akhiri semua ini dengan cara seperti ini ataukah kita memilih untuk mengukir kembali kenangan-kenangan masa itu.

 Penulis sepakat dengan mengakhiri semua ini asalkan harapan  penulis tetap menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran islam rahmatan lil alamin dan tidak terkontaminasi dengan islam garis keras yang anti bertoleransi pada masyarakat majemuk. Pun sebagai kader PMII pasti tahu cara menyikapi hal-hal yang mengenai tentang agama dengan hati nurani  tanpa emosi membabi buta. Khusunya PMII FKM UMI semestinya harus mewarisi pemikiran islam yang ramah bukan islam yang marah.

Menurut analisa penulis PMII FKM seharusnya bangkit dari zona nyaman. Sejujurnya saat penulis menuangkan isi hati pada lembaran tulisan ini, penulis tidak sadar diri menjatuhkan air mata. Seperti halnya  tak lagi merasakan betapa hangatnya ketika pelukan kebersamaan yang di balut dengan keseriusan hingga canda tawa sehingga melupakan latar belakang kami yang mayoritas anak rantau.

Masi adakah cinta dan rindu dalam Qalbu sahabat/i kepada PMII FKM UMI ataukah semua itu hilang karna kesibukan sahabat/i demi mengejar selembaran kertas ijzah itu. Bukankah ijazah itu hanya sebagai pemberi tanda bahwa seseorang pernah sekolah bukan mendakan seseorang itu pernah berpikir.

Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh sebagai sang kekasih Allah SWT dalam kegiatan berdakwah juga membutuhkan sahabat-sahabatnya untuk menyiarkan agama supaya jauh lebih massif dan terstruktur. Ingat sahabat tanpa engkau ketahui di balik kesuksesanmu ada seorang sahabat yang selalu dengan ikhlas mendoakan kesuksesan sahabat-sahabatnya.

Penulis malu dihadapan Tuhan dan sahabat/i senior yang pernah mengkader penulis dengan penuh harapan tanpa keraguan sedikitpun memberikan tongkat estafet agar menjalankan roda organisasi dengan sebaik-baiknya . Namun mirisnya diluar itu masih ada segelintir kader bersifat acuh menganggap semuanya lelucon tanpa harus ditanggapi serius.

Penulis berharap dengan segala curahan hati melalui tulisan ini dapat sedikit mengobati rasa  rindu yang tak kunjung menghampiri penulis.  Dan tentu menyadari kesibukan sahabat PMII FKM UMI demi secarik kertas yang mungkin berat sebagai pertanggung jawaban kepada orang tua, tapi ingatlah ada tanggung jawab moril yang besar di rumah kita PMII Rayon FKM UMI.

Dengan demikian dalam konteks ini, jika silaturahmi itu dianggap telah usang maka izinkanlah penulis untuk meminang Kembali sahabat/I sebagai bentuk penghormatan penulis kepada tameng biru kuning yang pernah mempertemukan jiwa dan raga kita sebagai kader PMII FKM UMI yang mencintai cinta.

Oleh : Ramadan Sarabiti (Sekretaris PMII FKM UMI)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun