Lagu adalah sebuah ungkapan dan ekspresi yang memberikan kesan berbeda-beda, karena pada dasarnya setiap individu mempunyai persepsi yang tidak sama. Tidak jarang pula lirik dari sebuah lagu melibatkan bias gender. Bias gender ini adalah sebuah prasangka pada jenis kelamin tertentu yang menimbulkan ketimpangan gender. Seperti pada contoh lagu "Mendung Tanpo Udan" yang merupakan karya musik pop, diciptakan oleh Kukuh Prasetya Kudamai dan diaransemen oleh Ndarboy Genk ke dalam gaya dangdut.Â
Lagu ini mengandung lirik yang merepresentasikan ketidakadilan berbasis gender dalam konteks komunikasi massa dan digital. Bentuk ketidakadilan berbasis gender berupa pelabelan posisi laki-laki dan perempuan, khususnya dalam pembagian peran rumah tangga. Bias gender yang berkembang dalam masyarakat ini sulit untuk diubah karena kontruksi gender sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sayangnya, penikmat lagu "Mendung Tanpo udan" tidak menyadari makna bias gender yang tersirat dalam lagu tersebut.Â
Robert Stoller (1986) menggunakan istilah gender untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada sosial budaya dengan yang didasarkan pada ciri-ciri fisik biologis. Gender dapat diartikan sebagai jenis kelamin sosial atau konotasi masyarakat untuk menentukan peran sosial berdasarkan jenis kelamin (Muhtar, 2002). Gender merujuk pada pembedaan laki-laki dan perempuan berdasarkan konstruksi sosial budaya, berkaitan dengan perannya dalam masyarakat, sifat, status, serta posisinya.
Adanya gender telah melahirkan perbedaan peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan tersebut membuat cara pandang masyarakat yang kemudian mencampuradukkan antara hal yang merupakan kodrati dengan yang dikonstruksi. Masyarakat terkadang lupa bahwa perbedaan gender adalah perbedaan yang tidak permanen, berbeda dari perbedaan sifat biologis antara laki-laki dan perempuan.
Ketidakadilan gender adalah perlakuan tidak adil terhadap salah satu gender. Satu gender dianggap lebih baik dari gender yang lain. Ketidakadilan gender menunjukkan adanya ketidaksetraaan antara laki-laki dan perempuan.
oleh : Ramadani Dwi Fitrananda
mahasiswa jurusan psikologi universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Dosen Pengampu Mata Kuliah Komunikasi Gender : Dr. Merry Fridha Tripalupi., M.Si
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI