Belakangan ini, lini brand parfum lokal membanjiri tanah air dengan label yang bikin excited pecinta aroma (fraghead) yakni Extrait de Parfum.
Ada satu tren yang bikin para fraghead tercengang, brand-brand parfum lokal mulai berbondong-bondong memproduksi Extrait de Parfum !
Contohnya ; Scentplus dengan Dominant, Side Effect, Elite , 925 dan Warm Greatness. HMNS dengan Farhampton. Saff & Co dengan S.O.T.B, Troupe, Coco, Saff, dan Chno. Mykonos dengan Bonfire Vanilla, Utopia, dan Enchanted. dan masih banyak lagi.
Dalam beberapa bulan terakhir event parfum diadakan di berbagai kota, ada saja brand parfum lokal yang mengklaim produknya punya "konsentrasi tinggi," "tahan 24 jam," atau bahkan mengaku "setara parfum ternama Eropa."
Tapi di balik hiruk pikuk pengakuan ini, mulai muncul satu tanda tanya besar dari para pengamat dan pencinta parfum sejati. Apakah ini benar-benar inovasi... atau sekadar overclaim tanpa Research & Development serta dirancang  tanpa formulasi yang matang ?
Bisa saja "Yang Penting Kita Tulis Extrait Dulu, Formula Belakangan?..."
Bagi kita yang sering bergaul di sosial media berbasis obrolan, akan ada saja seorang pembeli parfum lokal mengeluh
"Kok ngakunya extrait, tapi dua jam wanginya udah hilang ?..."
Komentarnya ini membuat bersautan antar user pecinta aroma. Banyak yang setuju, banyak juga yang membela parfum lokal. Tapi satu hal jadi perdebatan, apakah brand parfum lokal yang menggunakan label Extrait de Parfum sebagai strategi marketing, bukan sebagai hasil dari proses R&D yang serius ?
Produk parfum lokal memang lagi naik daun, kesadaran penggunaan parfum melonjak. Parfum lokal Indonesia semakin mendapatkan tempat di hati fraghead.Â
Parfum lokal Indonesia sudah tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan berdasarkan markethac ada satu brand yang pendapatannya hampir mencapai Rp27 miliar! (Mei-Juli 2024).
Ada saja yang masih beranggapan kalau kualitas parfum lokal belum bisa menyaingi parfum-parfum impor. Tapi itu masa lalu, kini angin perubahan mulai terasa.Â
Lantas, ada apa  sih ! sebenarnya di balik fenomena ini ? Apakah ini inovasi,  sekadar ikut-ikutan tren (FOMO) atau memang ada perubahan besar yang sedang terjadi di industri wewangian tanah air ?
..
Memenuhi Permintaan Pasar, Parfum yang Tahan Lama.Â
Sebagai seorang fraghead, Daku (saya) mengikuti obrolan di sosial media mengenai parfum. Sering kali disosial media perbincangan  Thread, seseorang meminta rekomendasi parfum yang tahan lama.
Parfum yang tahan lama ini mengacu pada parfum dengan kategori Extrait de Parfume. Parfum kategori ini merupakan jenis parfum dengan konsentrasi minyak wangi tertinggi, biasanya berkisar antara 20-40%.Â
Konsentrasi tinggi ini membuat aromanya tahan lama, lebih kuat, dan kompleks dibandingkan dengan jenis parfum lainnya seperti Eau de Parfum (EDP) atau Eau de Toilette (EDT).
Karena hal inilah kenapa produk parfum lokal berbondong-bondong membuat kategori Extrait de Parfume. Jadi pertanyaannya berikutnya: Kamu apakah memang sedang beli extrait de parfum atau hanya beli klaim kosong (over claim) di balik botol cantik ?
..
Awalnya dari Rasa Ingin Diakui Aromanya Kuat
Semuanya bermula dari keresahan produk brand lokal, menurut Daku, mereka ingin mendapatkan spotlight. Di tengah gempuran parfum niche dan desainer dari luar negeri khususnya Timur Tengah yang menawarkan aroma kuat dan tahan lama, brand lokal merasa perlu mengikuti.Â
Kenapa aroma Timur Tengah ? .. ingat Indonesia menjadi negara Muslim terbesar yang mengirimkan jamaahnya untuk berangkat ibadah haji dan Umroh.Â
Salah-satu yang dibawa pulang untuk pemakaian pribadi adalah parfum dari Arab dengan kategori Extrait, sedangkan oleh-oleh yang diberikan keluarga adalah air zam-zam, qurma, kismis dan kacang Arab.
Brand parfum lokal akhirnya tak lagi puas menjual produk dengan kategori Eau de Parfum atau Body Mist. Produk lokal ingin menciptakan signature scent yang luxurious, bold, dan tahan lama lebih dari 12 jam, layaknya parfum Timur Tengah.
Dalam dunia aroma, satu semprotan saja bisa membuat orang jatuh cinta tapi bisa juga justru hilang kepercayaan untuk selamanya, karena aroma yang begitu kuat yang tak seimbang bisa membuat mual orang lain.
..
Menyuguhkan Apa yang Diminta Tren Media Sosial
Tidak bisa disangkal, Instagram dan TikTok punya peran besar dalam bom tren ini. Banyak influencer dan fraghead parfum yang mengulas pafum lokal dengan kategori extrait, dengan berceloteh "wadaaww...ini gila sih ini, aromanya enak banget, strong dan tahan lama !!....."Â
Reaksi publik ? .....doooorrr....meledak. Produk habis dalam hitungan jam. Gara-gara habis ludes terjual, berujung membuat pre-order 14 hari bahkan lebih.
Akhirnya ini menjadi alasan kenapa Brand Parfum Lokal berbondong-bondong membuat varian Extrait de Parfume. Dunia parfum lokal kini seperti sirkuit balap.
..
Prestige
Siapa Parfum lokal yang tidak mau diakui sebagai pencetus atau memiliki produk high-end player di industri parfum? Label "extrait de parfum" langsung mengangkat prestige sebuah produk.Â
Di tengah persaingan ketat, mereka berfikir label "extrait de parfume" merupakan senjata branding yang sangat efektif. Tapi ternyata mereka semua melakukan hal yang sama, menggunakan label extrait di produk parfum. Jadi sebetulnya sudah bukan senjata lagi.....
Lah dalah ingin meningkatkan prestige malah menjadi hal yang biasa di mata para konsumen, karena semua brand produk lokal sudah melahirkan extrait.
Bahkan ada beberapa brand parfum lokal yang sebagian besar produknya berlabel extrait de parfume. Sehingga tidak ada lagi batasan low, middle, dan high class seperti yang diterapkan oleh brand parfum ternama.
..
Mendorong Standar Baru
Terasa ada brand parfum lokal yang membuat varian Extrait de Parfume bukan hanya soal prestige. Ternyata ada brand lokal memang ingin mendorong standar baru.
Parfum itu tidak hanya harum, tapi juga karakter, tahan lama, aroma kompleks, dan layak bersanding dengan parfum internasional. Itu kenapa brand parfum lokal dalam pemasarannya ada yang menolak aromanya disamakan dengan parfum impor.
Banyak pembahasan over claim extrait, ada brand padahal belum paham cara menghitung takaran minyak parfum yang benar. Belum lagi bagaimana membuat stabilitas aroma di iklim tropis. Kalau tidak melakukan R&D yang matang, aroma bisa rusak di botol.
Kabar baiknya? Konsumen Indonesia sat ini makin pintar. Mereka sudah bisa membedakan mana parfum yang sekadar pakai lebel extrait, dan mana yang benar-benar punya karakter dan performa.
..
Aroma Lebih Pekat, Tantangan R&D Lebih Berat
Mungkin ada Brand Produk Lokal yang hanya sekedar menambah konsentrasi essence. Tapi untuk mendapatkan aroma Extrait yang berkualitas tidak semudah menaikkan konsentrasi minyak parfum semata.Â
Beberapa brand lokal bahkan sampai harus mengimpor bahan baku berkualitas dari India, Timur Tengah atau Prancis. Mereka perlu bereksperimen berbulan-bulan, berkali-kali gagal, hanya demi mendapatkan harmonisasi aroma yang tidak hanya kuat dan tahan lama tapi juga berkelas, dan enak menemani keseharian.
Salah-satunya Scentplus, saat Daku temui di Parfume Pop Market (19 Juli 2025 di Chillax jakarta), sang CEO, Ardinsah Muhammad mengungkap "Nah untuk R&D kita doing with best fragrance company. Jadi kita (Scentplus) collaboration with Givoudan".
Tambahnya, jadi memang Givoudan itu juga memproduksi bukan cuma desain. Ada plus sebagai dosen parfum tertua di dunia, seperti terlibat membuilding Channel no.5, YSL dan lain-lain ..
"Tapi memang international brand designer dan niche itu ada di Givoudan. Dan Scentplus varian Warm Greatness juga ada teknologinya namanya KindWave Technologi, hasil kerjasama dengan Givoudan" terang Ardinsah.
Bocoran dari CEO Scentplus, mereka sedang mendevelop parfum dengan aroma segar, "our planning ada tiga dari beberapa negara dari Dubai terus Singapura dan satu lagi nggak bisa saya bocorin" ucapnya.
Masalahnya, ada beberapa brand parfum lokal justru terburu-buru. Formula belum sempurna, raw material belum stabil, tapi demi mengikuti tren maka produk varian extrait harus segera diluncurkan.Â
Yang penting publish duluan, berharap viral. Padahal, extrait de parfume yang sesungguhnya bukan sekadar parfum lebih pekat dan aroma kuat, tapi parfum dengan keseimbangan aroma yang matang, difusi yang begitu presisi, dan ketahanan yang teruji.
Tanpa R&D, Hasilnya Bisa Jadi Bumerang....akan terjadi extrait yang aromanya bikin mual.
Beberapa brand masih konsisten menjaga kualitas parfum, dengan melakukan uji stabilitas berbulan-bulan, dan menggandeng perfumer profesional.Â
Tapi tidak bisa ditampik sebagian lain hanya mengejar tren, Â menjadikan kata extrait sebagai kosmetik kata, bukan kualitas.
..
Akhirnya Extrait di produk parfum lokal apakah sebuah kebangkitan parfum lokal? Apakah ini hanya menjadi tren sesaat saja ? .... Bisa jadi. Tapi satu hal yang pasti brand parfum lokal Indonesia sedang berada di era kebangkitannya.Â
Dengan kualitas yang makin berani, aroma yang makin kompleks, dan konsumen yang makin menghargai karya lokal, kita sedang menyaksikan sejarah baru: Lahirnya parfum lokal yang tidak hanya harum, tapi juga punya karakter.
Dan semua itu... dimulai dari satu langkah berani: membuat Extrait de Parfum.
Kalau kamu belum coba parfum lokal versi extrait, mungkin sudah tiba saatnya. Siapa tahu, kamu akan menemukan aroma yang bahkan belum pernah kamu temukan dari brand luar negeri sekalipun.
**
Salam Hangat
Bro Agan aka Andri Mastiyanto
Shopee Bro Agan I Threads @andrie_gan I Tiktok @andriegan I Twitter @andriegan I Instagram @agan_reborn & @andrie_gan I Blog - kompasiana.com/rakyatjelata
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI