"Kenapa Parfum Favoritku Tak Ada Versi Extrait?..."..dan ada juga pertanyaan para pecinta aroma (fraghead) "kenapa tidak semua parfum desainer atau parfum niche punya karakter extrait de parfum".
Tapi anomali terjadi di Indonesia ketika parfum lokal, kejar-kejaran melahirkan produk dengan konsentrasi Extrait de Parfume. Kenapa cara berfikirnya berbeda dengan brand ternama benua biru ?
Bila balik ke belakang (waktu yang lalu), Daku (saya) ingat pertama kali jatuh cinta dengan parfum ketika mencium aroma segar yang bergulir dari botol kaca hitam, ringan, dan terasa hidup dalam genggaman.Â
Itu adalah parfum desainer yang sangat populer BVLGARI Man in Black - Eau de Parfume, aromanya manly dari rum dan rempah . Mulai saat itu aku mulai menjelajahi dunia parfum lebih dalam, sampai muncul satu pertanyaan yang terus menghantui:
"Kenapa parfum desainer tidak banyak versi extrait de parfum?"
Awalnya Daku pikir semua parfum pasti ingin menjadi extrait, yang lebih pekat, lebih mewah, dan lebih tahan lama (8 sampai dengan 12 jam bahkan 24 jam).Â
Extrait de Parfum mengandung sekitar 20--40% minyak esensial, jauh lebih tinggi dari EDP atau EDT.
Tapi ternyata dunia parfum jauh lebih kompleks dari sekadar menonjolkan "semakin kuat semakin baik".
Pertanyaan itu akhirnya terjawab saat aku menghampiri beberapa toko perfumer independen di Jakarta dan kawasan Cibubur. Terlihat jelas bahwa tidak banyak parfum desainer dan niche brand ternama dengan kategori Extrait de Parfume.
Seperti The Yulong dari Giorgio Armani - Eau de Toillete, Dior Addict - Eau de Toillete, Paris Hilton - Eau de Parfume, Gucci Flora - Eau de Parfume, Britney Spears Fantasy -Eau de Parfume, Good Girl dari Carolina Herrera - Eau de Parfume dan masih banyak lagi.