Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 112 x Prestasi Digital Competition (73 writing competition, 29 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Peh Cun, The Hidden History of Pasar Lama Tangerang

26 Mei 2025   22:10 Diperbarui: 29 Mei 2025   16:10 1672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ronaldi dari Benteng Walking Tour menjelaskan Festival Peh Cun I Sumber Foto : dokpri

Sebetulnya festival Peh Cun ini pertama kali diadakan di Indonesia di kawasan kali jodo (kali angke), Jakarta, kemudian dipindahkan di kawasan Cina Benteng. Alasan pemindahan karena terjadi pendangkalan sungai.

Lomba perahu naga Festival Peh Cun I Sumber Foto : kemendikbud.go.id
Lomba perahu naga Festival Peh Cun I Sumber Foto : kemendikbud.go.id

Festival Perahu Naga Peh Cun Salah satu festival kebudayaan yang akan diramaikan dengan rangkaian kegiatan menarik. Mulai dari lomba berpacu perahu naga sampai menangkap bebek di sungai yang telah menjadi tradisi legendaris bagi peranakan Tionghoa (Cina Benteng) di Kota Tangerang.

Tangga Jamban x Peh Cun

Menjelang tengah hari, minggu, 25 mei 2025, dengan cahaya alam yang redup-redup kelabu, di tepian sungai yang mengalir deras dengan air kecoklatan. 

Terlihat perahu naga dengan belasan orang mendayung melewati kami, dibelakangnya dua orang gadis menggunakan kano. Akan ada acara apa ini ? tanya dalam benak ku. 

Altar bercat merah di area Tangga Jamban I Sumber Foto : Dokpri
Altar bercat merah di area Tangga Jamban I Sumber Foto : Dokpri

Saat itu, kami berada di sebuah teras dikelilingi tembok bercat merah dimana pintu masuknya terdapat altar untuk membakar dupa. Aroma dupa ini mengingatkan pada aroma klenteng yang bercat merah.

Terdapat tangga turun yang menuju langsung ke sungai, kisahnya lokasi ini dahulu  menjadi tempat mencuci dan jamban umum. Itu kenapa diberi nama tangga jamban.

Perahu getek yang digunakan sebagai transportasi air untuk menyebrangi sungai Cisadane I Sumber Foto : Dokpri
Perahu getek yang digunakan sebagai transportasi air untuk menyebrangi sungai Cisadane I Sumber Foto : Dokpri

Bila diperhatikan bentuk bangunan tak beratap yang kami pijak layaknya dermaga. Ditepiannya terdapat tiga perahu kayu kecil bercat biru yang berfungsi sebagai alat penyeberangan bagi warga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun