Pria berkaos merah berwajah Tionghoa bertanya kepada sekumpulan orang yang sedang menatap dirinya "Apakah kalian mengenal istilah Peh Cun ?....." ucapnya di hari minggu, 25 Mei 2025.
Sebelum delapan orang yang berkumpul di emperan sungai berwarna coklat kompak senada memberi jawaban, pria ini duluan menjawab pertanyaannya sendiri "pasti kalian sudah berpikir hal yang negatif...".
Daku (saya) yang berada diantara mereka juga berpikir begitu. Pengertian Daku tentang Peh Cun sama dengan cewek perek atau gadis penggoda bahkan perempuan lacur.... parah kan !!!
Ternyata Peh Cun yang ditanyakan pria kurus berkacamata memiliki pengertian yang berbeda dengan Pecun yang Daku pahami. Sejarah pun terkuak dari bibirnya.
Sambil menatap kami dengan kacamata photochromatic, ia menjelaskan Peh Cun merupakan tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Cina Benteng, Kota Tangerang.
Cina Benteng merupakan sebutan bagi warga etnis Tionghoa yang tinggal di sekitar Benteng Batavia di pinggiran sungai Cisadane. Benteng ini berjuluk Benteng Makasar, karena personel kubu pertahanan VOC itu didatangkan dari daerah Makasar.Â
Benteng VOC di tepian Sungai Cisadane telah mengukuhkan sebuah identitas bagi penghuninya yang beretnis Tionghoa dan menjadi lokasi pecinan di sisi selatannya, selain pecinan di utara Jakarta dengan julukan "Cina Benteng".
Benteng ini didirikan oleh VOC sekitar 1683-1685 sebagai batas dari wilayahnya dengan kerajaan Banten. VOC ingin menunjukkan kepada Banten bahwa wilayah tersebut merupakan daerah kekuasaanya, dan menjadi benteng pertahanan dari serangan musuh.
Kembali ke Peh Cun, Pria berkaos merah yang bernama Ronaldi menerangkan Peh Cun merupakan Festival Perahu Naga yang diadakan di sungai Cisadane di sekitar kawasan Cina Benteng.