Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 101 x Prestasi Digital Competition (68 writing competition, 23 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Balik Kisah Sound of Borobudur; Menghidupkan Kembali Alat-Alat Musik Relief Borobudur

2 Mei 2021   06:00 Diperbarui: 2 Mei 2021   09:18 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Dibalik Kisah Sound of Borobudur I Sumber Foto: soundofborobudur.org

"Saya secara tidak sengaja (tahun 2016) di kediaman KRMT Indro Kimpling Suseno ( pemrakarsa Borobudur Cultural Feast) membaca buku-buku Balai Konservasi, tapi ndilalah (kebetulan) didalam buku itu saya melihat relief-relief Borobudur yang menggambarkan alat-alat musik" ungkap Trie Utami saat di wawancara Gubenur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (10 April 2021)

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dalam sebuah diskusi  yang ditayangkan di channel youtube pribadinya (DI SINI) mewawancara 3 (tiga) orang seniman senior Indonesia; Trie Utami, Dewa Budjana dan Purwa Tjaraka. 

Bincang-bincang santai ini mendiskusikan di balik kisah Sound of Borobudur, Borobudur pusat musik dunia. Lahirnya Sound of Borobudur dirintis oleh seorang seniman senior, Trie Utami, dimana saat itu dirinya menetap di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah. 

Bahkan awal-awal mendalami Sound Of Borobudur, saat dirinya sedang mencari arti kampung agar bisa merasakan pulang kampung. Jadi lahirnya Sound of Borobudur terjadi secara kebetulan ketika sedang membaca buku Balai Konservasi di kediaman KRMT Indro Kimpling Suseno ( pemrakarsa Borobudur Cultural Feast) sebagai community development kampung-kampung di sekitar Borobudur.

Deskripsi ; Musisi tanah air menampilkan alat musik relief Borobudur I Sumber Foto : soundofborobudur.org
Deskripsi ; Musisi tanah air menampilkan alat musik relief Borobudur I Sumber Foto : soundofborobudur.org
Sekitar pertengahan Oktober-Desember 2016, diselenggarakan gelaran Borobudur Cultural Feast, yang meliputi aktivitas "Sonjo Kampung" dan selebrasi pentas seni budaya di lima panggung.

Sebelum gelaran dilaksanakan (2016) Trie Utami terfikirkan nama Dewa Budjana, kemudian ia menghubungi mestro alat musik petik Indonesia itu untuk menemaninya di pentas seni tersebut. 

Deskripsi : relief-relief yang terpahat di dinding Borobudur I Sumber Foto : soundofborobudur.org
Deskripsi : relief-relief yang terpahat di dinding Borobudur I Sumber Foto : soundofborobudur.org
Dewa Budjana dirasa oleh Trie Utami dapat menjadi salah-satu sosok yang dapat membangkitkan gambar-gambar pada relief Borobudur untuk keluar dari batu relief dan dibunyikan (Sound of Borobudur).

"Bud konconi (temani) aku, aku bukan pemain dawai, kayaknya kamu yang harus main" beber Trie Utami saat merayu Dewa Budjana untuk terlibat.

Trie Utami bercerita saat itu dirinya sudah lupa suara yang keluar ketika alat musik relief Borobudur dibunyikan di pentas seni tersebut. Bahkan dirinya dan musisi lainnya merasa memainkan alat musik relief Borobudur sengawur-ngawurnya yang terpenting keluar suara terlebih dahulu.

Deskripsi : Tri Utami berkisah dirinya menyadari Sound of Borobudur tanpa disengaja I Sumber foto : youtube Ganjar Pranowo
Deskripsi : Tri Utami berkisah dirinya menyadari Sound of Borobudur tanpa disengaja I Sumber foto : youtube Ganjar Pranowo
Setelah gelaran Borobudur Cultural Feast usai, dirinya dan suami melakukan riset-riset tentang apa yang terkait dengan alat musik, sejarah, peradaban, antropologi dan lain-lain. 

Perjalanan mencari fakta itu merupakan jalan sunyi bagi dirinya. Ia merasa sunyi sekali tidak banyak teman, sendirian bahkan ia jungkir balik mendalami Sound of Borobudur. 

Sampe akhirnya Trie Utami bertemu dengan kakak kandungnya Purwa Tjaraka. Ia pun menceritakan tentang keinginannya menghidupkan kembali alat musik yang berada di relief-relief Borobudur. 

Purwa Tjaraka dijadikan teman diskusi oleh Trie Utami karena sangat mengerti musik. Komposer ternama Indonesia ini akhirnya mau terlibat dan mendampingi adiknya. 

Kolaborasi ketiganya kemudian berlanjut dengan merencanakan untuk menghidupkan kembali alat musik yang terpahat di dinding Borobudur. Ketika dilacak, berhasil ditemukan alat-alat musik itu tersebar di 34 provinsi dan 40 negara dengan tingkat kemiripan yang sama. 

Deskripsi : Alat-alat musik yang ada di relief Candi Borobudur I Sumber Foto : soundofborobudur.org
Deskripsi : Alat-alat musik yang ada di relief Candi Borobudur I Sumber Foto : soundofborobudur.org
Wanita pecinta seni musik ini berfikir sepertinya alat-alat musik yang tersebar itu memiliki hubungannya dengan Borobudur. Amat mungkin Borobudur pusat musik dunia di zamannya. 

Pertanyaan pun muncul, alat-alat musik ini berada di relief-relief Borobudur apakah Borobudur menjadi titik temu atau titik sebar ? Dalam diri mereka ingin rasanya mencari tau dan menjawab.

Trie Utami menegaskan kepada Purwa Tjaraka bahwa saat ini kita sedang tidak membuat group musik. Kemudian ia menunjukkan road map Sound of Borobudur. 

Musisi jazz dan etnik ini menyampaikan harapannya kepada Gebenur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, agar kita bisa melihat Borobudur sebagai pusat dan monumen peradaban. Ia menganggap Borobudur pusat musik dunia, jika kita bisa menjalankan lokomotifnya (Borobudur) maka kita bisa menarik gerbong dibelakangnya.

Dewa Budjana mengartikan Sound of Borobudur I Sumber Foto : Youtube Ganjar Pranowo
Dewa Budjana mengartikan Sound of Borobudur I Sumber Foto : Youtube Ganjar Pranowo
Selain Trie Utami, ada Dewa Budjana yang juga mengungkapkan pemikirannya dalam diskusi menyangkut salah-satu objek wonderful Indonesia ini. Ia berpendapat alat musik di relief-relief Borobudur itu gambar bukan bunyi. Sedangkan Sound of Borobudur berawal dari mulai coba-coba membunyikan gambar tersebut.

Cerita maestro alat musik petik ini awalnya Sound of Borobudur terlahir dari Candi Borobudur dengan jaringan Kampung Nusantara yang sudah memiliki alat musik dari Kalimantan. 

Setelah berjalannya gelaran Borobudur Cultural Feast, lalu Dewa Budjana dan Tri Utami berkonsentrasi mempelajari bentuk  alat musik yang terpahat di relief-relief Borobudur. 

Akhirnya muncul pertanyaan? kok bisa alat musik  ini ada di Jawa Tengah? tapi kenapa saat ini bisa ada di Kalimantan dan Thailand? Apakah dulu Borobudur pusat musik dunia?

Kemudian mereka mencoba membuat alat musik tersebut, tapi mereka tidak pernah tau dahulu kala bunyi alat musik ini seperti apa? dalam bayangan mereka bisa jadi senar alat musik petik belum tentu dari kawat bisa jadi dari rambut kuda.

Pembuatan alat musik pun mengacu dari gambar yang ada, walaupun ada pertanyaan berapa ukurannya? skalanya? macem-macem pertanyaan pun muncul. 

Alat musik yang dibuat saat ini merupakan interpretasi pada jaman sekarang. Pembuatan alat musik ini dipercayakan kepada Ali Gardy Rukmana, seniman muda dari kota Situbondo, Jawa Timur.

Suara yang dihasilkan dari alat musik kemudian dibuatkan notasinya (dipatenkan), sehingga kapan pun bisa dimainkan. Suara yang terdengar menjadi sesuatu yang baru, menarik dan mencirikan Indonesia. 


Diskusi bersama Gubenur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ditutup dengan pesan dan harapan ketiga musisi ini. Tri Utami mengharapkan Borobudur bisa lebih kaya dan dapat menjadi tempat seni pertunjukkan. 

Dirinya ingin mengembalikan Borobudur sesuai marwahnya, bagaimana menarik keluar relief Borobudur untuk  hidup kembali, dan menampilkannya secara kekinian. Pandangannya Borobudur itu perpustakaan, dimana sebaiknya Sound of Borobudur tidak hanya sekedar gagasan dan kajian tapi dapat dibuktikan.

Kenapa dirinya peduli dengan Borobudur ? karena dirinya menetapkan diri untuk melayani Candi Borobudur. 

Dengan pernyataan yang singkat Dewa Budjana mengatakan bahwa titik pusatnya Jawa itu di Borobudur. Ia mengharapkan Borobudur menjadi learning center. Musisi petik ini memimpikan di dekat kawasan Borobudur ada sekolah musik tempat mempelajari alat musik yang berasal dari relief-relief Borobudur.

Deskripsi ; relief musik Borobudur disitulah tempat dirinya berangkat terlibat Sound of Borobudur I Sumber Foto : IG @purwacaraka.official
Deskripsi ; relief musik Borobudur disitulah tempat dirinya berangkat terlibat Sound of Borobudur I Sumber Foto : IG @purwacaraka.official
Sedangkan Purwa Tjaraka berucap ; berkebudayaan bisa dimana saja, bahwa Borobudur kemudian ada relief musik disitulah tempat dirinya berangkat. Komposer Indonesia ini tidak menemukan relief musik  pada candi-candi di tempat lain. Menurutnya Borobudur merupakan aset bangsa, objek ini punya value lebih dan value ketemu musik itu bagian dirinya.

Selain Trie Utami, Dewa Budjana, Purwa Tjaraka sejumlah musisi senior juga bergabung di Sound of Borobudur.  Seperti Victor Parulian, Dunung Basuki, Fariz Alawan, Taufan Irianto, Aktivano Cristian, Chaka Priambudi, Agusto Andreas, Bintang Indrianto, Herwan Wiradireja, Mochamad Saatsyah, Jalu Gatot Pratidina, dan Eko Suprianto.

Deskripsi : Banyak musisi yang tergabung dalam Sound of Borobudur i Sumber Foto : soundofborobudur.org
Deskripsi : Banyak musisi yang tergabung dalam Sound of Borobudur i Sumber Foto : soundofborobudur.org
Kini Sound of Borobudur telah berkembang menjadi sebuah orkestra yang telah melibatkan 40 musisi dalam proses penciptaan, aransemen, dan album rekaman yang berisi 12 komposisi lagu, yang semuanya dimainkan dalam beragam instrumen yang berasal dari relief-reliefBorobudur, dengan Purwa Tjaraka sebagai Executive Producer.

------

Relief-relief Borobudur itu seperti menggambarkan wonderful Indonesia yang berasal dari peradaban di masa lampau di abad ke VIII. Gambar-gambar yang terpahat menunjukkan penggambaran orang di zaman itu beribadah, berpakaian, berinteraksi, berkerja, bermusik, dll.

Seni-pahat yang hasil karyanya berupa relief Candi Borobudur ini tidak hadir dalam 'kehampaan' tapi bercerita. Relief Candi Borobudur nampak sebagai 'rekaman' sejaman mengenai realitas yang ada di sekitarnya. 

Sebagai struktur, Borobudur merupakan bangunan kolosal. Sepanjang dindingnya menggambarkan ensiklopedi visual mulai dari teras ke-1 hingga teras ke-6 memuat sekitar 1.460 panel relief cerita dan 1.212 panel relief dekoratif mengenai lima kisah keagamaan berlatarkan Mahayana Buddhisme.

Dengan pemahaman itu, relief Candi Borobudur dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai realitas sosial dan budaya dimana relief itu dikreasikan, salah-satunya peradaban musik. 

Deskripsi : Berbagai alat musik etnik ditemukan di relief Borobudur I Sumber Foto : soundofborobudur.org
Deskripsi : Berbagai alat musik etnik ditemukan di relief Borobudur I Sumber Foto : soundofborobudur.org
Berdasarkan soundofborobudur.org, Sound of Borobudur telah berhasil melakukan rekonstruksi alat musik sebanyak 18 instrumen dawai dari kayu, 5 instrumen berbahan gerabah, dan satu buah instrumen idiophone yang terbuat dari besi.

Relief bertema musik di Borobudur bisa kita temukan pada lebih dari 200 relief yang berada di 40 panil, dan menampilkan lebih dari 60 jenis instrumen alat musik

Pada relief Candi Borobudur terdapat beberapa alat musik antara lain Bo, Harpa, Lute, Bar-zither, Sho, Sangkha, Terompet, Genta bertangkai, Damaru, Darbuka, Alat pukul, Seruling, Seruling melintang,  Ranat ek, Simbal piring, dan beberapa alat musik lainnya.

Terdapat juga berbagai macam Gendang. Seperti Gendang tong, Gendang susun tiga, Gendang simetris, Gendang silinder, Gendang por, Gendang tanah liat Gendang susun tiga, Gendang simetris, Gendang silinder, dan Gendang por.

--

Ketiga musisi ini Trie Utami, Dewa Budjana dan Purwa Tjaraka sepertinya sudah puas dengan pencapaian karirnya. Mereka telah memasuki fase cukup dan mengerti kapan harus memiliki arti bagi negeri. Bagi seorang seniman tidak ada kata selesai berkarya sampai diri mereka meninggal dunia.

Deskripsi : Sound of Borobudur menggerakkan anak bangsa berkesenian I Sumber foto : soundofborobudur.org
Deskripsi : Sound of Borobudur menggerakkan anak bangsa berkesenian I Sumber foto : soundofborobudur.org
Sound of Borobudur merupakan warisan wangsa Syailendra kepada kita yang hidup di zaman ini, bahwa dahulu kala Borobudur pernah menjadi salah-satu pusat peradaban tinggi di zamannya. 

Pada abad ke VIII arsitek dan pemahat telah dapat menunjukkan berbagai alat musik yang wujudnya terpahat dalam relief-relief Candi Borobudur. 

Hal ini menjadi bukti kebesaran peradaban leluhur bahwa Borobudur pusat musik dunia pada masanya. Masa kini Sound of Borobudur menjadi bagian wonderful Indonesia dan warisan dunia.

Sumber: soundofborobudur.org dan channel youtube ganjar Pranowo

Salam hangat  Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Instagram I Twitter I web I Email: mastiyan@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun