Konsep 'creative destruction' yang dikenalkan oleh Schumpeter itu sesungguhnya memiliki spirit 'inovasi'. Ini karena Schumpeter berbicara dalam konteks perubahan industrial yang merevolusi dari dalam struktur ekonomi lama. Di sini Schumpeter justru mengusung semangat 'optimisme' sekaligus 'inovatif' dan bukan pandangan yang sarat 'pesimisme'.
Fenomena penghilangan nilai teknologi lama (eliminasi fungsi produk) karena penemuan teknologi baru disebutkan oleh Joseph Schumpeter sebagai proses pembinasaan kreatif (Creative Destruction). Dalam bukunya The Age of Turbulence, Allan Greenspan mengilustrasikan bagaimana penggantian bisnis telegraf dengan bisnis telepon kabel.
Pada tahun 1930 hingga 1950 telegraf merupakan alat komunikasi utama yang digunakan pada saat itu. Lebih dari setengah juta pesan terkirim setiap harinya melalui sarana ini. Namun, semenjak penemuan telepon kabel (dan penggunaannya untuk urusan komersial) bisnis telegraf terus terpinggirkan hingga menuju kepunahannya.
Patut di waspadai kesejahteraan yang bisa diberikan oleh suatu teknologi pada suatu saat memiliki titik jenuh. Penemuan teknologi baru yang sejenis merupakan salah satu tanda dari kejenuhan tersebut.
Hal ini tentunya menjadi hal yang perlu diperhatikan dan diwaspadai oleh para pebisnis sebagai praktisi yang (umumnya) paling banyak menikmati manfaat terbesar dari suatu teknologi.
Di Indonesia fenomena serupa sebenarnya juga telah kita lihat dalam beberapa waktu yang lalu dalam bisnis wartel dan warnet. Pada awal 2000-an usaha-usaha wartel dan warnet menjamur dan muncul di berbagai tempat di Indonesia.Â
Dengan belajar dari sejarah mengenai pesatnya teknologi tentunya para pengusaha di bidang ini (baik penyedia jasa internet itu sendiri maupun media yang menggunakan jasa internet) harus mewaspadai fenomena ini.Â
_________________________
Oleh karena itu pelajaran yang dapat diambil dari arus pembinasaan kreatif bagi para praktisi bisnis adalah perlu adanya diversifikasi produk dalam suatu usaha, walaupun ciri khas dari perusahaan masih mungkin untuk dapat dipertahankan demi sustainable usaha.
Kemudian up date teknologi merupakan salah satu kunci tetap bertahannya suatu usaha. Selain aspek trend socio culture pasar juga perlu diikuti. Memperkerjakan inovator, pekerja kreatif dan programer sudah merupakan kebutuhan.Â