Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 101 x Prestasi Digital Competition (68 writing competition, 23 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Darurat Regenerasi Petani, Sadarkah Pemerintah Kita?

27 April 2019   09:11 Diperbarui: 27 April 2019   09:16 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Jumlah Petani mengalami penurunan tiap tahun, solusi regenerasi harus diperhatikan I Sumber Foto : pixabay

"Petani adalah Kaki Bangsa"- Bung Karno

Ibu ku bercerita, di tempat nya dibesarkan desa Pare banyak buruh tani dibayar untuk nandur (menanam) padi ke desa lainnya, bahkan sampai satu kecamatan Wonosari, Klaten, Jawa tengah. Mereka merupakan para buruh tani paruh baya, bahkan ada yang umurnya menjelang manula. Ia menceritakan itu, 26 April 2019 di rumah ku yang berada di Cikeas udik, Bogor, Jawa Barat.

Anak-anak muda dari desa Pare dan kecamatan Wonosari saat ini terlihat enggan menjadi petani, mereka lebih memilih berkerja di dunia industri atau minimarket. Itu pun juga yang saya lihat pada keluarga pakde yang tinggal di Bolali, Klaten, Jawa Tengah. 

Dari keenam anak Pakde saat ini tidak ada yang menjadi petani. Padahal pada saat mereka usia sekolah, keenam anaknya ini membantu pakde ke sawah merawat padi yang mereka tanam. 

Tidak hanya keluarga pakde, Kakak ku 'Satria' yang sudah almarhum merupakan lulusan fakultas pertanian. Dirinya sampai akhir hayatnya tahun 2016 tidak pernah mengabdikan diri di dunia pertanian. Alasannya bahwa menjadi petani belum memberikan jaminan kehidupan yang layak. 

Ia ingin mendapatkan pekerjaan yang baik dan memperbaiki taraf hidup. Kakak ku sampai dirinya dipanggil Sang Pencipta berprofesi sebagai senior produser news salah-satu televisi swasta nasional.

Apa yang dilakukan oleh almarhum kakak ku mungkin juga dilakukan oleh lulusan pertanian lainnya. Ada sebuah guyonan yang pernah saya dengar, bahwa IPB itu bukan singkatan Institut Pertanian Bogor tetapi Institut Perbankan Bogor. 

Presiden Joko Widodo pun pernah menyampaikan bahwa banyaknya sarjana pertanian yang bekerja di sektor perbankan dalam Sidang Terbuka Dies Natalis IPB ke-54 di Kampus IPB, Bogor, Rabu (6/9/2017). Ucapan Presiden RI itu tidak dibantah oleh Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa saat itu.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Agustus 2018 di angka 5,34 persen, membaik dibandingkan tahun lalu sebesar 5,5 persen. Meski secara nasional menurun, tingkat pengangguran di desa justru meningkat. 

Tingkat pengangguran yang terjadi di desa, BPS mencatat agustus 2018 di angka 4,04 persen atau naik dari posisi yang sama tahun lalu 4,01 persen. Kenaikan tingkat pengangguran di desa meningkat lantaran jumlah pekerja sektor pertanian yang juga menyusut. Sadarkah pemerintah kita ?

_

Apakah Menjadi Petani Idintik dengan Tingkat Kesejahteraan yang Rendah ?

Pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Pertanian 2019, dilaksanakan di Hotel Bidakara, Jakarta pada tanggal 14 Januari 2019 yang dibuka langsung oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman ada sebuah data yang tekuak. Tingkat inflasi pada periode 2014-2017, inflasi pangan dari sektor pertanian mengalami penurunan yang signifikan, yaitu sebesar 88,1 persen, yakni dari 10,57 persen menjadi 1,57 persen. 

Deskripsi : Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat membuka Rakernas Kementan RI 2019 I Sumber Foto : Antara News
Deskripsi : Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat membuka Rakernas Kementan RI 2019 I Sumber Foto : Antara News

Kenaikan nilai ekspor pertanian sepanjang 2016-2018, yang semula sebesar Rp 384,9 triliun pada tahun 2016, naik 29,7 persen menjadi Rp 499,3 triliun pada tahun 2018. Sementara impor sejumlah komoditas seperti beras umum, bawang merah dan cabai segar turun hingga 100 persen. 

Tidak hanya itu saja, kenaikan juga pada investasi di sektor pertanian periode 2013-2018 yakni sebesar 110,2 persen dengan nilai total Rp 270,1 triliun. Hasilnya, nilai investasi pertanian pada 2018 mencapai Rp 61,6 triliun berbanding Rp 29,3 triliun pada 2013.  Hal ini, sejalan dengan pesan Presiden Joko Widodo untuk mendorong ekspor dan investasi. 

jadi apakah menjadi petani identik tingkat kesejahteraan yang rendah ?

Berdasarkan data BPS, capaian Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian terus mengalami kenaikan sejak 2013 sebesar Rp 900 triliun hingga 2018 menjadi Rp 1.460 triliun. Kenaikan PDB Pertanian ini cukup membanggakan, Indonesia kini menduduki peringkat kelima di dunia dari 224 negara.

Capaian sektor pertanian selama 4,5 pemerintahan Jokowi-JK sangat dirasakan petani dari pertumbuhan ekonomi nasional yang positif. Yakni total ekspor komoditas pertanian naik 29 persen nilainya mencapai Rp 1.300 triliun. 

Data BPS menunjukkan Nilai Tukar Petani (NTP) Pertanian Maret 2019 sebesar 102,73 lebih tinggi 0,77 persen dibandingkan Maret 2018 sebesar 101,94. Harga gabah Maret 2019 di petani Rp 4.604 per kg dan di penggilingan Rp 4.706 per kg cukup menguntungkan petani. NTP Tanaman Pangan pada Maret 2019 sebesar 105,31 lebih tinggi 3,39 persen dibandingkan bulan yang sama tahun 2018 sebesar 101,86.

Bila melihat angka NTP di atas 100 berarti pendapatan petani lebih tinggi dari pada pengeluarannya atau surplus, dan bila dilihat dari trend menunjukkan kondisi NTP Pertanian dan NTP Tanaman Pangan semakin membaik. 

Apabila dilihat dari jumlah penduduk miskin di perdesaan terus menurun. Pada Maret 2015 masih sekitar 17,94 juta jiwa dan pada bulan yang sama tahun 2016 dan 2017 turun menjadi 17,67 juta jiwa dan 17,09 juta jiwa.

Berarti dampak program pertanian era saat ini tidak hanya sebatas meningkatkan produksi, tapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan petani di seluruh Indonesia sebagai pelaku utama dalam sektor pertanian. Jadi kenapa generasi milenial enggan menjadi petani ????

_

Pentingnya Upaya Regenerasi Petani Oleh Kementan RI

Jumlah petani Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun padahal peningkatan kesejahteraan mulai terasa. Berdasarkan data sejak tahun 2010-2017, prosentasenya terus mengalami penurunan sebesar 1,1 persen per tahun. 

Pada tahun 2010, setidaknya terdapat 42,8 juta jiwa masyarakat Indonesia yang menggeluti bidang bercocok tanam ini. Namun pada tahun 2017, angkanya turun menjadi hanya 39,7 juta jiwa. Apakah ini karena mindset !!!

Deskripsi : Petani muda dibutuhkan untuk regenarasi petani paruh baya I Sumber Foto : Pixabay
Deskripsi : Petani muda dibutuhkan untuk regenarasi petani paruh baya I Sumber Foto : Pixabay

Terasa bahwa terjadi penurunan jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian sebesar 3,52 juta orang. Pada 2016, angka tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian 39,22 juta orang, dibandingkan dengan 2018 hanya 35,70 juta orang.

Penurunan jumlah petani di Indonesia mungkin disebabkan lantaran kecilnya minat generasi muda di sektor pertanian. Bahkan anak-anak berusia muda tidak lagi ingin berprofesi sebagai petani di desa. Yang menjadi petani adalah orang-orang tua. Anak muda terlihat minatnya sudah kecil yang ingin berkecimpung di sektor pertanian. 

Mindset ini mesti diubah. Bisakah pertanian itu menjanjikan masa depan, itu tantangan pemerintah. Para generasi muda dan milenial mungkin berpikir bahwa berkerja di sektor pertanian itu memiliki pendapatan yang kecil. Kerjanya pun capek, terkena terik matahari dan harus kotor-kotoran di sawah atau ladang. 

Terdapat empat hal yang diupayakan pemerintah. Pertama, penyediaan fasilitas dan kemudahan bagi anak muda untuk beraktivitas di sektor pertanian. Kedua, penyediaan lahan dan fasilitas sarana produksi. Ketiga, aplikasi teknologi. Keempat, menjamin pemasaran.

Kementan ternyata membuat sebuah gerakan 1 juta petani milenial yang sudah ditetapkan sebagai program prioritas membangun manusia Indonesia di 2019.  

Deskripsi : Santri Tani Milenial menjadi salah satu solusi oleh Kementan RI I Sumber Foto : Kementan RI
Deskripsi : Santri Tani Milenial menjadi salah satu solusi oleh Kementan RI I Sumber Foto : Kementan RI

Program ini sudah dimulai dengan kegiatan yang bertajuk Santri Tani Milenial. Upaya serius Kementan ini merupakan cara regenerasi di sektor pertanian. Melibatkan para santri begitu terasa begitu penting karena dapat memberikan energi baru untuk pertanian Indonesia, santri milenial jumlahnya 4 juta seluruh Indonesia.

Mungkin ini bagian dari solusi Kementan mengingat kebutuhan pangan masa depan akan semakin besar seiring laju pertumbuhan penduduk, tapi pekerja sektor pertanian justru turun dan diisi oleh petani yang senior. 

Namun pemerintah dalam hal ini Kementan harus memberi jaminan bahwa tidak akan ada kesulitan yang dialami petani milenial baik jaminan peningkatan margin, mobilisasi sarana produksi, teknologi yang menunjang efisiensi produksi, dan produksi komoditas pertanian yang berorientasi ekspor. 

Selain itu patut juga dibutuhkan program penyuluhan yang progresif yang didukung oleh tenaga penyuluh sebagai mentor. Peran mentor pertanian juga menyangkut sisi psikologi. Mereka mesti memiliki daya persuasif terhadap generasi muda di perdesaan untuk menghadapi persaingan global 

Penyuluh pertanian ini dapat mentransfer kebanggaan akan profesi yang digeluti kaum muda yakni menumbuhkan positivity. Seseorang dikatakan memiliki positivity tinggi apabila dalam melaksanakan tugas-tugas profesinya dia tampak memiliki keunggulan kompetensi dan kepercayaan diri atas profesi yang dijalaninya.

Sistem nilai profesi petani harus lebih realistis sesuai kemajuan zaman. Untuk menumbuhkan positivity pertanian perlu peran media massa. Pada era pemerintahan Presiden Soeharto peran media sangat besar. 

Peran media massa tersebut dikemas sangat pas pada era orde baru, dalam tajuk Kelompencapir. Untuk itu perlu ada Kelompecapir jaman now dengan pendekatan digital dan social media. Perlu adanya komunikasi berupa jejaring antara petani, peternak, nelayan, pedagang pasar, dan pelaku UMKM dengan para pemangku kepentingan. 

----------------------------------------------

Krisis petani muda mesti menjadi perhatian serius segenap bangsa dan segera dicarikan solusinya. Krisis petani muda yang ditandai dengan kecilnya minat anak-anak petani untuk menggeluti profesi petani bisa merapuhkan kaki bangsa.  Sepertinya perlu solusi kenegaraan yang mendasar. 

Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto

Web [ DISINI ] , Blog [ DISINI ] , Twitter [ DISINI ] , Instagram [ DISINI ]

Email : mastiyan@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun