Mohon tunggu...
Zulfansyah_R
Zulfansyah_R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Farmasi Batulicin Tanah Bumbu, kalimantan Selatan. Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisahku yang Tersesat di Hutan Pedalaman

17 Oktober 2021   23:47 Diperbarui: 18 Oktober 2021   00:03 1729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita ini diawali ketika aku masih duduk di kelas 3 SMA. Dan pada saat itu di daerahku sedang berlangsug musim buah, rutin setiap tahunnya aku dan teman - temanku pergi kegunung (hutan) untuk mencari buah - buahan, seperti duren, pempakin, langsat, manggis dan lain - lain. 

Karena pada saat itu sedang berlangsung musim buah, aku dan teman - temanku tidak menyia nyiakannya dan berniat untuk pergi kegunung (hutan) untuk mencari buah - buahan. Pada hari sabtu di sekolah aku dan ketiga temanku sepakat untuk pergi kegunung pada hari minggu untuk mencari buah-buahan. 

Pada keesokan harinya akupun berangkat ke gunung(hutan) bersama dengan ketiga temanku, namun dipertengahan jalan motor yang dikendarai oleh kedua temanku mengalami sedikit masalah, dan mereka memutuskan untuk putar  balik arah pulang untuk  menggati motor, sedangkan aku dan temanku yang satunya melanjutkan perjalanan ke gunung (hutan). Jarak yang ditempuh dari desa ke gunung (hutan) sekitar 15 kilo meter. 

Setibanya di lokasi, kamipun bergegas langsung masuk kedalam kebun (hutan), dengan inisiatif untuk mencari dan mengumpulkan buah terlebih dahulu agar nanti ketika kedua temanku datang maka tidak terlalu lama lagi untuk mencari buah-buahan yang diiginkan. 

Kemudia kami mulai masuk kedalam kebun, kebun yang dimaksud bukanlah seperti kebun pada umumnya, namun kebun yang kami masuki adalah kebun yang berada di dalam hutan lebat. Setelah masuk sekitar 10 menit, banyak nampak pohon-pohon buah.

Namun bukannya banyak buahnya malahan buahnya habis sudah diambil orang (maling), yaa memang kalau kebun yang ada di hutan tidak ada yang menjaga jadi sering terjadi yang namanya pencurian buah. Jadi salah satu temanku ini bergerumu atau marah-marah, dan sesekali mengeluarkan kata -kata yang sedikit kasar,  karena dia ini adalah yang punya kebun. 

Kemudian karena di bagian tepian kebun sudah tidak ada lagi buahnya, kami pun memutuskan untuk lebih masuk kedalam hutan untuk mencari lagi pohon-pohon yang ada buahnya, setelah kurang lebih 15 menit kami berjalan dari tempat pertama tadi, kami bingung kenapa tidak nampak pohon buah, yang dimana harusnya banyak terdapat pohon-pohon buah disekitaran situ, disamping kami bingung disitu kami juga penasaran, dan kemudian kamipun meneruskan perjalanan lebih masuk kedalam hutan.

Namun selang waktu 10 menit  keanehan mulai terjadi, kenapa jalur yang kami lalaui terasa sama, seperti terulang terus-menerus, disitu kami mulai bingung dan sedikit panik. Setelah itu kami tidak berdiam diri saja, kami terus mencari jalur atau jalan untuk kembali ketempat asal tadi, namun apa yang kami temukan masih sama seperti tempat asal dimana kami mulai tersesat.

Disitu kami berdiam diri sejenak untuk beristirahat, kemudian kami memutuskan untuk naik kebukit yang lebih tinggi, dan disitu kami melihat asap putih seperti dari sebuah pondok, kemudian kami pun bergegas untuk menuju ke arah timbulnya asap tersebut, dalam niatan untuk meminta tolong untuk mengarahkan ke arah jalan pulang. 

Namun setengah binggung dan heran, kenapa semakin kami dekati asap tersebut malah semakin jauh dan lama kelamaan asap itu menghilang, disitu kami mulai mengingat, mungkin saja ini terjadi karena kami kurang sopan saat berada di dalam hutan dimana berkata kasar dan semacamnya.

Pada saat itu kami mencoba untuk menenangkan diri dan mulai berfikir bagimana caranya agar bisa keluar dari sini. Kebetulan disitu aku membawa handphone, namun kerena di dalam hutan jadi tidak ada signal, dan kondisi baterai handphone hanya tersisa 15%. 

Disitu aku berfikir bahwa ini satu satunya cara agar bisa keluar dari hutan ini. Kerana pada saat itu hari mulai gelap, dan kami awal masuk ke dalam hutan sekitar jam 4, dan pada saat itu sudah menunjukan jam setengah enam. 

Pikiran sudah mulai kacau hari sudah mulai gelap, dan yang paling ditakutkan pada saat itu adalah macan dan beruang, karena ditempat tersebut atau hutan tersebut masih ada yang namanya macan dan beruang, dan posisi kami tidak membawa sajam seperti parang dan sebagainya, bahkan korek api pun kami tidak membawa. 

Kemudian aku memutuskan untuk naik lagi ke atas bukit yang lebih tinggi untuk mencari signal, agar bisa  menghubugi teman ku yang berangkat belakangan tadi, beruntungnya setelah sampai diatas bukit ada signal, dan akupun langsung memberikan pesan ke tamanku bahwa kami tersesat di dalam hutan, dan meminta agar temanku untuk membagikan lokasinya. 

Setelah sekian lama akhirnya temanku mengirimkan balasan koordinat tempatnya dan meminta bantuan ke beberapa warga desa. 

Setelah itu aku mencoba untuk membukan peta dan memasukkan koordinatnya, aku dan temanku kaget bukan kepalang, ternyata kami sangat jauh di dalam hutan, di situ aku dan temanku bergegas untuk menuju tempat di peta tersebut yang mengarah seperti tanah lapang, kami tau bahwa itu tidak dekat kurang lebih sama seperti seperti arah kami pertama kali masuk ke dalam hutan. 

Dengan baterai handphone yang tersisa 7% dan hari yang sudah gelap dan  jam sudah menunjukan pukul 6 lewat 15 menit, kami berjalan tanpa arah hanya bermodal map yang gambarnya hanya hutan semata, di malam hari, tanpa senter atau penerang lainnya, kami ingin menggunakan senter handphone, tapi takut lebih mempercepat habisnya baterai, karena temanku ini tidak membawa hendphone sialnya. Namun untungnya lagi pada saat itu bulan sangat terang dan seperti sedang bulan purnama.

Singkat cerita dimana kami telah melaui jalan semak belukar, jalan berduri, sungai bebatuan dan lain - lain. Nah disitu kami menyusuri sungai kecil yang mengarah ke tempat tanah lapang tadi, di perjalanan sangatlah banyak hal - hal yang kami temui, seperti macam-macam suara, seperti suara angin berhembus padahal pada saat itu tidak ada angin, dan banyak lagi. 

Namun yang membuatku heran disaat kami makin mendekati titik dimana di map merupakan tanah lapang, kami menemukan sebuah pelantaran atau teras yang ukurannya sangat besar yang terbuat seperti batu bata, dalam pikirku ini mungkin saja bekas kerajaan atau semacamnya, karena kalau dipikir secara logika siapa yang membangun rumah di tengah hutan seperti ini, itu merupakan hal yang tidak logis. 

Kemudian kami terus berjalan seingatku kami sudah berjalan sekitar 2 jam tanpa henti, tidak lama sekitar 20 menit kemudian akhirnya kami menemukan tempat lapang yang ada di map, dan beruntungnya kami juga menemukan jalan keluar dari hutan tersebut dengan sisa baterai handphone 1% dan jam sudah menunjukan pukul 9 malam.

Dan kami terus berjalan kebetetulan juga kami bertemu warga sekitar 3 orang yang juga sedang mencari kami. Dan pada akhirnya kami pergi ketempat awal kami masuk ke hutan tadi untuk mengambil kendaraan kami, dan pulang bersama warga yang menemukan kami tadi. Ini merupakan pengalaman yang tidak akan terlupakan dan menjadi pelajaran khusunya bagi pribadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun