Mohon tunggu...
Rakha Nurfauzi Abdillah
Rakha Nurfauzi Abdillah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Untirta

Satu gagasan terlalu banyak untuk tidak diterjemahkan ke dalam sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Prajurit Terbaikku

11 Februari 2024   19:49 Diperbarui: 11 Februari 2024   19:50 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kita tunggu beberapa menit lagi."

15 menit menunggu, akhirnya Oded muncul juga. Ia tampak kelelahan. Mungkin ia memang benar-benar lelah. Tidak ada kayu bakar bersamanya. Peduli setan dengan kayu bakar. Kami harus segera bergerak.

Kami mulai bergerak.

Hari ini akan menjadi hari yang sangat panjang. 47 kilometer, jarak yang akan kami tempuh untuk sampai di desa Gunung Panjang. Jangan bayangkan jalan yang kami akan lalui itu mulus. Tidak, kami akan melewati jalan setapak yang di beberapa titik tertutupi oleh belukar.

Kami bukan hanya berjalan. Kami harus fokus membaca Kompas. Kami juga mesti waspada. Pasukan Belanda bisa menyerang rombongan kapan saja. Seperti pada perjalanan kami sebelumnya. Berangkat dari desa Angsana dengan beranggotakan 20 orang, tiba di desa Trisula hanya menyisakan 15 orang. Tiga anggotaku tewas saat Belanda tiba-tiba menyerang kami di perjalanan. Dua lainnya hilang dan tak pernah bisa kami temukan. Mereka terpisah dari rombongan saat serangan Belanda yang tiba-tiba kala itu. Kemungkinan besar mereka berhasil ditangkap oleh Belanda.

Perjalanan sudah kami tempuh setengahnya. Berjalan sepanjang 20 kilometer membuat kami kelelahan. Aku putuskan untuk beristirahat sejenak. Oded yang merupakan penanggungjawab logistik mengeluarkan perbekalan kami yang tinggal seuprit. Dari logistik yang disiapkan Oded, tampaknya kami kekurangan air. Aku berinisiatif untuk mencarinya.


Aku berjalan sendirian. Sekitar lima ratus meter dari tempat peristirahatan kami ada sungai yang mengalir sangat deras. Deru airnya terdengar buas. Airnya bersih dan terlihat segar.

Sampai di tepi sungai, langsung kuisi jerigen yang kubawa dengan air segar itu. Setelah jerigen terisi penuh, aku tidak langsung kembali. Melihat air sungai yang begitu menyegarkan, aku tertarik untuk mandi. Namun kurasa situasinya tidak memungkinkan. Akhirnya aku hanya mencuci muka.

"AAAAAA." Tiba-tiba terdengar teriakan yang sangat kencang.

"Mati kau, Sialan!"

Kaget! Aku langsung berbalik badan demi melihat kejadian itu. Rupanya Oded. Dia berhasil melumpuhkan seorang Belanda. Seorang Belanda itu sepertinya ingin menangkapku, atau bahkan membunuhku. Beruntung, Oded dapat menggagalkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun