AbstrakÂ
Artikel ini mendiskusikan tentang Asma'ul Husna yang merupakan nama atau sifat Allah yang kita kenal dengan jumlah 99 (Sembilan puluh sembilan) nama atau sifat-Nya. Namun dalam padanan bahasa dari Asma'ul Husna yang kita dapat hanyalah sebatas padanan kata yang merupakan pengertian dasar saja. Penulisan ini menjabarkan bentuk konsep literatur islam dari Asma'ul Husna dengan menggunakan metode kualitatif. Yaitu analisis data yang alat penentunya berasal dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri serta dengan mengutip ayat-ayat dalam al Quran yangmenegaskan akan nama atau sifat Allah dalam Asma'ul Husna.Dengan menggunakan beberapa sumber yang kompeten sebagai pembanding, maka akan menambah khasanah pengertian serta maksud dari Asma'ul Husna.
This article discusses Asma'ul Husna which is the name or attribute of Allah that we know by the number 99 (Ninety-nine) of His names or attributes. Â However, in the linguistic equivalent of Asma'ul Husna what we get is only the equivalent of the word which is a basic understanding. Â This writing describes the form of the concept of Islamic literature from Asma'ul Husna using qualitative methods. Â That is data analysis whose determining tool comes from the language in question itself as well as by quoting verses in the Koran that affirm the name or nature of Allah in Asma'ul Husna. Â By using several competent sources as a comparison, it will add to the repertoire of understanding and intent of Asma'ul Husna.
Kata Kunci: Asma'ul Husna, Literatur islam,Â
A. Â PendahuluanÂ
Al-Qur'an datang menunjukkan sifat-sifat Allah, sekali pun ia lebih dekat mensucikan sifat-sifat yang pernah dilekatkan oleh bangsa-bangsa yang terdahulu. Namun di antara sifat-sifat manusia, ada yang menyamai sifat-sifat Tuhan dalam nama, seperti kodrat, ikhtiar, mendengar dan melihat, dan beberapa hal lagi, terdapat persamaannya dengan manusia, seperti bersifat di atas 'arsy, mempunyai muka dan dua tangan.
Nama-nama Allah berbeda dengan sifat-sifatnya, nama adalah ucapan yang dilakukan untuk menunjukan sesuatu yang dinamai, sedangkan sifat adalah predikat atau ciri-ciri dari yang diminati. Ada pun yang bertalian dengan sifat-sifat maka itu didasarkan pada otorisasi, dan apa pun yang bertalian dengan sifat-sifat maka itu tidak didasarkan pada otorisasi. Namun nama-nama Allah berhubungan dengan sifat-sifat-Nya, karena nama-nama dimaksudkan sebagai sifat-sifat Allah SWT, Â dan sifat-sifat-Nya tidak menjadi sifat-sifat siapa pun lagi. Dan Allah memiliki nama yang diturunkan dari sifat-sifat-Nya. yang tidak memasuki realitas esensi dan kuiditasnya.Â
Dengan demikian, kiranya topik ini sangat menarik untuk diperbincangkan dan dianalisis, karena hal ini telah menjadi polemik di kalangan aliran-aliran kalam serta menjadi perdebatan panjang dalam setiap episode kehidupan umat Islam.
B. Hakekat Konsep Asmaul Husna dalam Pandanan Al-Qur'an.Â
Asmaul Husna menurut Agustian adalah nama-nama yang baik milik Allah yang merupakan dimensi pemaknaan akan kehadiran-Nya. Dalam hal ini Agustian merujuk kepada Al-Baghawi yang mengatakan bahwa al-Husna berarti al-Ahsan. Dengan demikian, Asmaul Husna inilah yang menjadi dasar motif tertinggi manusia, yang dalam ESQ Agustian menamakannya dengan motif spiritual Asmaul Husna yang ditunjukkan untuk mengungkapkan sebuah kebenaran dan keindahan melalui Asma-asma-Nya.
Menurut Partanto & Dahlan, konsep adalah ide umum, pengertian, dan rancangan teoritis terhadap sesuatu. Sedangkan Asmaul Husna menurut M. Quraish Shihab kata al-Asma' adalah bentuk jamak dari kata al-ism yang biasa diterjemahkan dengan nama. la berakar dari kata as-sumuww yang berarti ketinggian, atau as-simah yang berarti tanda. Memang nama merupakan tanda bagi sesuatu, sekaligus harus dijunjung tinggi.