Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Jangan Keliru! Tidak Semua Film Superhero untuk Anak-anak!

17 Juni 2022   13:42 Diperbarui: 17 Juni 2022   21:45 1524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan akhirnya, bagaimanapun susah payahnya superhero melawan kejahatan, mereka akan selalu menang.

Disadari atau tidak, tayangan superhero di televisi membentuk persepsi kalau kebaikan akan selalu menang di atas kejahatan. Dan impresi ini adalah hal yang sangat baik untuk diajarkan kepada anak-anak agar selalu berbuat kebaikan.

Tidak hanya dari produk luar, produk dalam negeri pun mengamini hal yang sama. Generasi 90-an tentu nggak asing lagi dengan superhero Saras 008 atau Panji Manusia Millenium. Keduanya sama-sama sebagai superhero penolong manusia atas kejahatan yang dilakukan oleh manusia lain.

Benang merah lainnya yang bisa diambil dari sejumlah tayangan superhero tersebut adalah premis yang dibuat tidak banyak melibatkan aspek sosial, budaya, politik yang terlalu kental. Sehingga terkadang kita nggak perlu dipusingkan dengan latar belakangnya. Yang penting berantem dan superhero jagoan memenangkan pertempuran.

Mungkin pemikiran ini terbawa terus sampai dewasa sehingga masih berharap jika superhero adalah film tentang aksi kepahlawanan yang ringan dan bisa ditonton oleh anak-anak.

Tapi perlu dicatat, sebagai sebuah karya sang pembuat berhak memberikan inovasi dan kreasi pada karyanya. Semisal aksi berantem yang pada tayangan superhero televisi mungkin disamarkan dengan efek visual, di beberapa film bisa ditampilkan dengan sangat nyata sebagaimana yang kita lihat dalam Gundala.

Belum lagi persoalan cerita yang melibatkan aspek sosial, politik, dan budaya yang kentara, membuat cerita superhero mungkin saja terlalu 'gelap' untuk dicerna oleh anak-anak.

Kontroversi mengenai film superhero, bukan datang sekali dua kali. Film superhero Eternals yang rilis tahun lalu pun sempat menuai protes.

Para orangtua protes karena film tersebut menampilkan sosok gay. Dan dalam protesnya mereka mengatakan bahwa tidak sepatutnya film superhero menampilkan representasi pasangan sesama jenis karena tidak baik untuk anak-anak.

Lagi dan lagi dasar protes adalah karena pemikiran superhero = anak-anak.

Walaupun akhirnya Eternals tetap tayang di bioskop Indonesia dengan mengantongi klasifikasi usia 13+ dari Lembaga Sensor Film (LSF).

Sebagai orangtua harus bagaimana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun