Mohon tunggu...
Rajab Ritonga
Rajab Ritonga Mohon Tunggu... -

Saya seorang wartawan karir di kantor berita Antara dengan posisi saat ini Direktur SDM dan Umum. Menjadi wartawan sejak tahun 1985 setelah menyelesaikan S-1 Komunikasi di UGM Yogyakarta, di Kedaulatan Rakyat, lalu 1987 hijrah ke Antara hingga sekarang. Melanjutkan studi S-2 dan S-3 Ilmu Komunikasi di UI (lulus 2007). Aktif menulis buku biografi, senang traveling, dan liputan dunia militer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Copet Indonesia di Makkah

3 Desember 2010   02:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:04 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1291342949249446363

[caption id="attachment_78281" align="alignleft" width="300" caption="Jemaah haji sering jadi sasaran pencopet dan penipu"][/caption]

Tukang copet maupun tukang tipu dari Indonesia sungguh keterlaluan. Mbok ya bertobatlah. Masa di Tanah Suci melakukan perbuatan terkutuk!Sampai tanggal 28 Oktober 2010 sudah 11 orang WNI ditangkap petugas keamanan yang khusus didatangkan Pemerintah RI untuk menjaga 200 ribu lebih jamaah haji yang sedang beribadah. Para bedebah itu sungguh membuat geram. Konon, total kerugian yang diderita jemaah mencapai Rp2,8 miliar! Di Tanah Suci, mestinya mereka beribadah. Ini malah berbuat dosa. Pencopet itu umumnya sudah lama tinggal di Arab Saudi. Sebagian dari mereka adalah pendatang haram, atau TKI yang keleleran tidak jelas statusnya lalu menjadi pencopet, atau penipu degan sasaran jemaah bangsa sendiri. Korban mereka tidak pilih bulu, bahkan seorang staf yang sedang mendampingi Pak Slamet Riyanto, Direktur Jenderal Urusan Haji dan Umrah, juga menjadi korban. Kantong saku staf itu digunting pencopet kala berdesak-desakan ketika tawaf di Masjidil Haram. Mungkin para pencopet itu adalah ahli copet yang biasa berkeliaran di bis kota Jakarta atau tempat-tempat keramaian lainnya di Indonesia sebelum hijrah ke Makkah. Wallahualam. Aksi tukang tipu lain lagi. Korbannya sebagian besar adalah jemaah berusia lanjut yang karena keterbatasan pendidikan, dan pengalaman menjadi mudah ditipu. Apalagi para jamaah itu umumnya belum pernah bepergian ke luar negeri. Kondisi psikis para jemaah itu dimanfaatkan para penipu dengan menggunakan bahasa ibu sama dengan si penipu. Anda yang sedang bingung, tiba-tiba disapa dalam bahasa daerah Anda, sudah pasti Anda merasa tidak sendirian. Itulah saatnya pelaku kriminal menjalankan aksinya. Modusnya, penipu mendatangi jemaah yang sedang berwudhu, lalu meminta kepada mereka agar tas yang disandang dititipkan karena akan merepotkan bila dibawa ke dalam masjid. Korban biasanya percaya dan menyerahkan tas yang mereka miliki. Cara lain menawarkan jasa membimbing mencium hajar aswar dengan imbalan sejumlah uang. Setelah uang diberi penipu kemudian menghilang di tengah kerumuman manusia. Penipuan yang lebih canggih adalah mengiming-imingi jemaah saat mau membayar dam. Penipu menawarkan dam yang lebih murah dari seharusnya. Jumlahnya bisa mencapai 50 persen lebih murah dari dam resmi sebesar 410 real Arab Saudi. Kalau Anda tertarik, dan membayarnya, maka dipastikan Anda telah tertipu, sebab tidak ada dam yang murah. Ini cerita lain terkait pelaku kriminal, namun menyangkut wartawan yang sedang melakukan liputan kriminal di Tanah Suci. Suatu ketika seorang jemaah menjadi korban kejahatan. Mungkin karena sadar hukum, si jemaah melapor peristiwa itu pada petugas keamanaan lokal Arab Saudi. Alih-alih mendapat pelayanan memuaskan, si pelapor malah "diinterogasi" selama enam jam. Petugas haji Indonesia yang bertugas menangani masalah keamanan kemudian turun tangan, membantu menyelesaikan masalah. Kejadian seperti itu tentu saja menarik perhatian wartawan televisi yang merasa mendapat berita bagus. Dengan percaya diri para wartawan datang ke "polsek" dan tanpa permisi, sebagaimana lazimnya di Indonesia langsung action merekam gambar. Alangkah kagetnya mereka. Petugas Arab Saudi menahan kamera dan menginterogasi mereka, dengan alasan tanpa ijin merekam gambar! Rupanya tidak sembarangan melakukan liputan di sana. Berbeda jauh dengan kebiasaan di Tanah Air. Al hasil, petugas haji bidang keamanan kebebanan "tugas tambahan" selain melepaskan jamaah korban kriminal sekaligus juga mengupayakan pembebasan kamera wartawan yang ditahan. Allahmdulillah, semuanya berakhir happy ending. Madinah, 29 Oktober 2010

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun