Mohon tunggu...
Raihan Pandu
Raihan Pandu Mohon Tunggu... Mahasiswa

Suka bola.

Selanjutnya

Tutup

Humor

The Art of Jokes Bapak-Bapak

15 Juni 2023   20:16 Diperbarui: 15 Juni 2023   20:23 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

"Burung, burung apa yang suka nolak?"

"Burung gakgak, xixixi"

Kalian tentunya sudah tidak asing lagi dengan format candaan di atas bukan? yup, jokes bapak-bapak. Bagaimana tidak? kepopuleran dari format candaan tersebut mulai kembali meningkat di kalangan para pengguna media sosial, tak terkecuali para gen z. Format candaan yang sederhana ini "diracik" menggunakan teka-teki yang menghasilkan jawaban diluar nalar para pendengarnya. Template lelucon seperti ini masih dapat diandalkan menjadi mesin penghasil tawa dan tentu saja menjadi salah satu bentuk lelucon yang digandrungi hingga saat ini.

Jokes bapak-bapak biasanya tidak jauh-jauh dari fusion antara tebak-tebakan dan plesetan kata. Pertama-tama, Sebuah pertanyaan singkat akan diajukan, tetapi jawaban yang diharapkan selalu berbanding terbalik dengan jawaban yang seharusnya dan terkadang butuh waktu sejenak untuk kita memahaminya. Meskipun cenderung tidak lucu alias garing, menurut saya disinilah jokes bapak-bapak memunculkan "keajaibannya". Semakin garing candaan tersebut, justru hal tersebutlah yang dapat meningkatkan potensi candaan tersebut dapat menggelakkan tawa pendengarnya.

"Buah, buah apa yang gak seger?

"Alpucat" 

Lalu, bagaimana sebuah format lelucon sederhana seperti ini dapat relate kepada hubungan ayah-anak di seluruh dunia? Awal mula bagaimana format ini terbentuk pun dapat dikatakan sebagai sebuah ironi dimana ketika seorang ayah trying to be cool dengan memberikan lelucon yang ternyata garing kepada anak-anak mereka yang justru dapat diterima secara luas. Ironi dari dad jokes ini adalah letak kelucuannya yang terdapat di kegaringannya. Maksudnya, semakin garing lelucon tersebut, justru semakin memecah tawa pendengarnya. 

Meskipun jokes bapak-bapak hanyalah sebuah format candaan sederhana yang mungkin sudah dianggap basi dan ketinggalan zaman oleh beberapa orang, jokes bapak-bapak masih menjadi sarana yang efektif untuk membangun hubungan emosional antara ayah dan anak, terutama di awal-awal pertumbuhannya. Anak-anak cenderung lebih menyukai format lelucon tebak-tebakan dan permainan kata yang sederhana sehingga dapat mereka terima. Pada akhirnya, jokes bapak-bapak adalah sebuah format candaan yang singkat, padat, dan tentunya twist pada ujungnya. xixixi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun