Mohon tunggu...
Raihan Akram Firdaus
Raihan Akram Firdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya adalah mahasiswa aktif di Universitas Airlangga. Selain berkuliah, saya juga mengikuti organisasi di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mohammad Yamin : Tokoh Kunci Panitia Sembilan dan Kontribusinya dalam Dasar Negara

27 September 2025   15:50 Diperbarui: 27 September 2025   15:47 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Siapa yang tidak mengenal beliau? Prof. H. Muhammad Yamin S.H, atau lebih dikenal dengan Muhammad Yamin, adalah salah satu dari sekian banyaknya pahlawan nasional. Beliau pernah menjadi salah satu tokoh dalam panitia sembilan. Selain itu, banyak juga kontribusi yang telah beliau berikan salah satunya perumusan Sumpah Pemuda dan perancangan Undang-Undang Dasar 1945.


Biografi


Beliau lahir pada tanggal 23 Agustus 1903 tepatnya di daerah Sawahlunto, Sumatera Barat . Beliau lahir dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saada. Ayahnyaadalah kepala adat, sedangkan ibunya adalah putri dari seorang bangsawan sehingga beliau memiliki latar belakang sebagai bangsawan. Sejak kecil, Yamin sudah menunjukkan minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan sastra. Lingkungan keluarga yang kaya akan tradisi Minangkabau dan nilai-nilai Islam membuatnya punya karakter yang kuat dan cinta
budaya.


Pendidikan


Muhammad Yamin memulai pendidikannya di Hollandsch Inlandsche School HIS di Palambang, sekolah dasar yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk anak-anak pribumi. Ia melanjutkan pendidikan ke Algemene Middelbare School AMS di Yogyakarta, setara dengan SMA sekarang yang lebih sering disingkat dengan SMS. Di sekolah ini, ia mengkaji tentang sastra klasik, yang membuatnya menjadi lebih meminati sejarah dan bahasa.
Pencapaiannya yang lebih spesial adalah ia meneruskan pendidikan tingginya ke Rechts Hogeschool sekolah tinggi hukum di Jakarta, ia mendapat gelar sarjana hukum. Pendidikan ini tidak pernah dianggap sebagai pemborong wawasan atas tata negara dan hukum, tetapi sekaligus latihannya untuk berpikir ruhani dan sistematika. Pengetahuannya tentang hukum sangat krusial dalam perannya di lembaga-lembaga negara dan perumusan undang-undang. Ia juga mengambil pendidikan tambahan dalam lingkung sastra dan sejarah. Kecintaannya pada bahasa dan sejarah Nusantara lantas menjadikannya sering kali menempuh riset sendiri.


Peran


Muhammad Yamin dikenal luas sebagai salah satu anggota kunci Panitia Sembilan, sebuah kelompok kecil yang dibentuk oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Panitia ini memiliki tugas untuk merumuskan dasar negara Indonesia yang tertera dalam UUD 1945 (Rusman, 2018). Peran Yamin dalam panitia ini sangat signifikan, khususnya dalam perdebatan mengenai rumusan dasar negara. Pada saat perumusan Piagam Jakarta, yang merupakan cikal bakal Pancasila, Muhammad Yamin dikenal sebagai salah satu perumus yang gigih dan memiliki kontribusi besar. Ia adalah salah satu tokoh yang pertama kali mengusulkan gagasan tentang "dasar-dasar" negara. Dalam pidatonya di sidang BPUPKI, Yamin mengemukakan lima dasar negara yangia usulkan, yaitu: peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat. Rumusan ini memiliki kemiripan yang mencolok dengan Pancasila yang kita kenal sekarang.
Piagam Jakarta yang dirumuskan Panitia Sembilan pada 22 Juni 1945 juga membuktikan bahwa pemikirannya sangat terlibat pada panggilan hatinya sebagai tokoh negarawan yang memiliki landasan kepulauan. Dalam piagam tersebut, pemikiran Yamin pun terbukti menjadi bagian dari pikiran bersama para pembahasannya. Sebagai contoh apabila Piagam Jakarta
dimulai dengan kata-kata "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya" dalam sila pertama. Namun, karena keberatan dari perwakilan non-Muslim, terutama dari wilayah Indonesia Timur, kalimat tersebut akhirnya dihapus. Ini dilakukan dengan kompromi lebih mendahulukan hingga mosquito atasologi nasional untuk dijaga dan tetap terjaga, kompromi tersebut didukung oleh Yamin dan para pemain lain.
Selain perannya dalam Panitia Sembilan, ia juga aktif di beberapa badan negara. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan, Menteri Sosial, serta Menteri Penerangan. Kontribusinya dalam berbagai bidang ini menunjukkan kepiawaiannya sebagai negarawan. Muhammad Yamin meninggal dunia pada 17 Oktober 1962 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pada tahun 1973 dia diberi penghormatan nasional, yang mana memberinya gelar Pahlawan dan negara Indonesia berterima kasih sekian banyak pada dirinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun