Upaya dan Strategi Penanggulangan Banjir di Kota SamarindaÂ
Pemerintah Kota Samarinda telah mengambil berbagai tindakan untuk mencegah banjir. Berdasarkan kebijakan yang ditetapkan dalam RPJMD 2021--2026, beberapa strategi ditetapkan, termasuk pembangunan dan perbaikan sistem drainase kota; normalisasi sungai dan pembuatan kolam retensi di beberapa lokasi yang rentan terhadap banjir; pembangunan tanggul dan pintu air di sekitar Sungai Karang Mumus; penghijauan kota dan pembuatan sumur resapan di daerah permukiman padat; dan pendidikan publik tentang pentingnya menjaga kebersihan dan fungsi saluran air.
Namun, beberapa hambatan masih dihadapi dalam pelaksanaannya, termasuk keterbatasan anggaran, tumpang tindih kewenangan antar instansi, dan rendahnya partisipasi masyarakat. Menurut Sulaiman et al. (2020), pengendalian banjir bergantung pada kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam penerapan konsep pengelolaan lingkungan berkelanjutan.
Peran Masyarakat dalam Mitigasi Banjir
Untuk mengurangi risiko banjir, peran masyarakat sangat penting. Â Beberapa tindakan yang dapat diambil termasuk menghindari membuang sampah sembarangan, menciptakan lubang biopori di sekitar rumah, dan mempertahankan vegetasi di area kosong untuk berfungsi sebagai tempat resapan air. Â Salah satu bentuk mitigasi berbasis komunitas yang efektif adalah kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong untuk membersihkan parit dan saluran air.
Untuk membangun budaya yang peduli terhadap kelestarian lingkungan, pendidikan lingkungan yang lebih baik diperlukan di sekolah dan organisasi masyarakat. Salah satu cara untuk membuat kota Samarinda lebih tahan terhadap bencana banjir adalah melibatkan masyarakat secara aktif dalam program "Samarinda Zero Flood 2030" yang dicanangkan oleh pemerintah daerah.
Kesimpulan
Banjir di Kota Samarinda adalah masalah kompleks yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan solusi teknis. Sebaliknya, penyelesaiannya membutuhkan pendekatan yang melibatkan berbagai aspek. Â Permasalahan ini disebabkan oleh kondisi geografis yang datar, curah hujan yang tinggi, dan aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan. Â Untuk memperbaiki tata ruang, memperkuat sistem drainase, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan, diperlukan kerja sama yang kuat antara pemerintah dan masyarakat.
Seperti yang dijelaskan oleh Sulaiman et al. (2020), upaya yang berkelanjutan dan berbasis ilmiah adalah dasar untuk mengurangi kemungkinan banjir di masa depan. Samarinda bisa menjadi kota yang makmur dan tangguh terhadap bencana alam dengan kerja sama yang baik.
Referensi:
Â