Mohon tunggu...
raihana kartikasari
raihana kartikasari Mohon Tunggu... Guru - MAHASISWA

travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Perpustakaan dalam Membangun Budaya Membaca di Masyarakat

31 Juli 2023   00:23 Diperbarui: 31 Juli 2023   00:30 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bagi mereka, membaca merupakan bagian dari aktualisasi diri. Sementara itu, dewasa ini membaca baru membudaya pada sebagian kecil dari lapisan tertentu masyarakat Indonesia, yaitu: kalangan intelektual, tokoh-tokoh masyarakat dan agama serta mereka yang karena kedudukan dan tugasnya dituntut untuk selalu membaca. 

Di pihak lain pada sebagian Masih terasa ganjil jika misalnya sesorang menjadikan buku sebagai hadiah pernikahan, perlombaan atau kegiatan lainnya, suatu kebisaan yang telah lazim di negara-negara yang masyarakatnya telah mempunyai budaya membaca. Mengingat membaca merupakan suatu bentuk kegiatan budaya, maka untuk mengubah perilaku masyarakat agar gemar membaca membutuhkan suatu perubahan budaya/tingkah laku. 3) Kemampuan membaca orang Indonesia juga termasuk rendah. 

Di tingkat sekolah, menunjukkan masih belum adanya kebiasan membaca pada anak-anak SD. "The Reading Habit does not Appear to be Established Among Primary School Pupils" Laporan itu mencatat keadaan serupa juga ditemukan pada siswa SMP yang diteliti. 4) Penelitian itu juga mengungkapkan adanya korelasi antara tingkat pendapatan perkapita suatu negara dengan prestasi membaca siswa. 

Di sekolah ditemukan juga korelasi antara kemampuan membaca dengan status sosial, ekonomi, kualitas pendidikan secara keseluruhan, waktu yang disediakan di sekolah untuk membaca ketersediaan bahan bacaan, apresiasi yang diberikan kepada siswa untuk membaca, dan lain-lain. 

Tampilnya Selandia Baru sebagai negara yang kemampuan murid-muridnya (di tingkat SD) sebagai yang tertinggi di dunia antara lain disebabkan karena lebih banyak waktu yang diberikan untuk pelajaran ini terutama di kelas-kelas awal SD, di samping komitmen guru dan ketepatan metode yang digunakan. 

Di negera itu, murid kelas 3 SD sudah pandai membaca surat kabar. Studi lain yang dilakukan oleh IEA (International Education Association) mengungkapkan bahwa kemampuan membaca kritis anak-anak Indonesia berusia antara sekitar 10 tahun berada pada peringkat 26 dari 27 negara yang disurvai. Ketidakmampuan ini berkaitan dengan berbagai variabel eksternal dan internal, baik di sekolah maupun di luar sekolah khususnya keluarga. 


Di kalangan mahasiswa, keadaan serupa juga terjadi. Banyak keluhan mengenai kurangnya minat dan kemampuan mahasiswa untuk membaca. Begitu juga di perpustakaan umum maupun khusus, jumlah pengunjung umumnya kurang dibandingkan dengan di negara-negara lain. 

Sementara itu, upaya memberantas buta huruf akan kurang banyak artinya tanpa diikuti oleh usaha penguatan berupa tumbuhnya budaya baca. Dari studi yang dilakukan ditemukan bahwa banyak anggota masyarakat yang semula telah mampu membaca, akhirnya hilang kembali kemampuannya karena tidak diikuti oleh pembiasaan membaca. Mereka buta aksara kembali dan hasil belajar yang diperolehnya hilang. Tantangan yang dihadapi dalam usaha memberantas buta aksara masih cukup berat karena masih terdapat sekitar 18,4 juta penduduk yang masih mengalami buta aksara. 

  • Jumlah Buku 

Karena belum meluasnya budaya baca, sarana yang ada berupa perpustakaan dan taman-taman bacaan belum termanfaatkan secara maksimal, sementara daya serap terhadap buku-buku yang diterbitkan masih rendah, seperti sering dikeluhkan oleh penerbit. Studi yang dilakukan oleh Ditjen Diklusepora terhadap Taman Bacaan Masyarakat (TMB) mengungkapkan bahwa daya tarik suatu taman bacaan berkaitan dengan lima faktor. 

Pertama, pelayanan yang ramah, membuat masyarakat tertarik untuk memanfaatkan taman bacaan. Kedua, ragam bacaan. Semakin banyak ragam bacaan, semakin banyak masyarakat yang berminat untuk datang ke taman bacaan. Bacaan yang banyak menarik minat masyarakat adalah agama, komik dan keterampilan. Ketiga, tempat tidak perlu terlalu mewah karena justru akan membuat masyarakat kurang akrab; yang penting bersih dan cukup luas. 

Keempat, untuk menjaga agar ada keragaman bahan bacaan, dilakukan pertukaran antara taman-taman bacaan mengenai buku yang disediakan di tamantaman bacaan. Pertukaran dilakukan secara periodik, misalnya sebulan sekali untuk buku-buku yang hanya ada pada taman bacaan tertentu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun