Mohon tunggu...
Raiffa HutamiAhadyaingsih
Raiffa HutamiAhadyaingsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi

Mahasiswa Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangkitkan Semangat Belajar Melalui Proses Daring bagi Para Pelajar di Indonesia dalam Memulihkan Kehidupan Sosial dan Ekonomi di Era Pandemi Covid-19

12 Maret 2022   11:07 Diperbarui: 12 Maret 2022   11:30 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia digemparkan dengan adanya penemuan kasus penyebaran virus Covid-19. Dimana kasus pertama ini ditemukan melalui seorang ibu dan anak asal kota Depok, Jawa Barat yang sempat berkontak fisik dengan salah seorang warga negara Jepang dalam sebuah pesta dansa di Klub Paloma dan Amigos, Jakarta. Hal tersebut mulai terdeteksi ketika warga negara asal Jepang tersebut dinyatakan positif terpapar virus Covid-19 di Malaysia, selepas kepulangannya dari Indonesia. Kemunculan kasus virus Covid-19 ini jelas menggemparkan masyarakat Indonesia, terlebih bagi mereka yang bertempat tinggal tak jauh dari pasien pertama virus Covid-19 asal kota Depok tersebut.

Infeksi yang disebabkan oleh virus Covid-19 ini mampu menimbulkan berbagai gejala, mulai dari gejala yang ringan, sedang, hingga berat. Akan tetapi, gejala klinis atau utama yang paling sering mucul, yakni demam dengan suhu diatas 38 derajat Celcius, batuk dan sesak nafas. Adapun berbagai gejala pendukung yang biasanya ditimbulkan oleh virus Covid-19 ini, seperti nyeri otot, tubuh terasa lemas, diare, sakit kepala dan kehilangan fungsi hidung dan lidah, dalam mencium dan merasakan suatu rasa yang diciptakan dari makanan atau minuman. Virus Covid-19 sendiri diperkirakan dapat menghilang selama 14 hari atau 2 minggu lamanya dari tubuh manusia.


Menanggapi kasus penyebaran virus Covid-19 ini langsung ditindak tegas oleh pihak pemerintah, dimana kala itu berbagai kebijakan yang bertujuan untuk menekan penyebaran angka virus Covid-19 ini langsung dikeluarkan, seperti adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dengan berbagai level, mulai dari mikro hingga yang bersifat darurat. Selain itu, terdapat pula beberapa himbauan kepada masyarakat Indonesia dalam menekan angka kasus peyebaran virus Covid-19 ini melalui protokol kesehatan, seperti mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak (Physical Distancing), meghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas.


Berbicara mengenai kebijakan Physical Distancing guna meminimalisir adanya kontak fisik, pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang menganjurkan masyarakat untuk melakukan aktivitas di rumah (Stay At Home). Berbagai aktivitas yang dianjurkan pun beragam, mulai dari bekerja, sekolah, belanja dan lain sebagainya. Adanya kebijakan tersebut rupanya membawa berbagai dampak bagi masyarakat Indonesia, baik yang bersifat positif maupun negatif, seperti menghindari diri dari bahaya virus Covid-19, mengurangi tingkat polusi udara, semakin menekatkan diri dengan keluarga dan lain sebagainya. Akan tetapi, ada pula beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya istilah Stay at Home ini, antara lain seperti adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), meningkatnya angka kemiskinan, menurunnya semangat bersosialisasi, meningkatnya angka putus sekolah, menurunnya semangat belajar di kalangan pelajar, hingga meningkatnya kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan perceraian.


Jika diperhatikan secara seksama, adanya virus Covid-19 ini tidak hanya berdampak terhadap aspek kesehatan saja, namun juga berdampak pada aspek sosial dan ekonomi, termasuk dalam dunia pendidikan. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa adanya pandemi virus Covid-19 ini cukup memberikan afeksi yang begitu besar dalam dunia pendidikan, baik itu yang bersifat positif maupun negatif. Akan tetapi, nampaknya pandemi virus Covid-19 ini cenderung memberikan dampak yang bersifat negatif bagi generasi penerus bangsa, dimana banyak ditemukan berbagai kasus yang mencemari dunia pendidikan di Indonesia, seperti meningkatnya angka putus sekolah, menurunnya semangat anak dalam berprestasi dan bersosialisasi, serta meningkatnya angka kekerasan pada anak dan resiko internal.


MASALAH SOSIAL DAN EKONOMI DI ERA PANDEMI VIRUS COVID-19 TERHADAP SEMANGAT PELAJAR DI INDONESIA


Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam menunjang kehidupan sosial dan ekonomi bagi suatu negara. Dimana pendidikan sendiri dapat mempengaruhi terjadinya suatu pertumbuhan sosial dan ekonomi (Economic Growth), guna meningkatkan pendapatan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan sosial. Maka daripada itu, tidak heran jika setiap negara di dunia berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas pendidikannya guna menciptakan kesejahteraan bagi kehidupan berbangsa dan bernegaranya.


Di Indonesia, pendidikan tentu menjadi konsentrasi utama dalam memajukan dan mensejahterakan masyarakatnya. Dimana pemerintah semakin memusatkan perhatiannya terhadap kualitas pendidikan di Indonesia, mulai dari pemerataan akses pendidikan, peningkatan fasilitas pendidikan dan lain sebagainya. Namun di era pandemi virus Covid-19 ini, banyak dari kalangan pelajar yang harus merasakan dampak dari adanya pandemi virus Covid-19 ini. Beberapa kasus yang kerap kali ditemukan ialah meningkatnya angka putus sekolah di Indonesia. Adapun hal tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor pendukung, mulai dari aspek sosial hingga ekonomi, seperti tidak adanya biaya akibat orang tua yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga minimnya pengetahuan terhadap IPTEK, sehingga menurunkan semangat belajar dan berprestasi dari para pelajar.


Berdasarkan aspek ekonomi, adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dialami oleh orang tua dari para pelajar tentu berdampak besar terhadap nasib pendidikan mereka. Dimana pada masa pandemi virus Covid-19 ini, semua kegiatan harus dilakukan secara daring atau online. Tak terkecuali di dalam dunia pendidikan, dimana saat ini proses belajar dan mengajar hanya dilakukan secara daring. Adanya proses pembelajaran secara daring ini tentu memerlukan perangkat elektronik, seperti ponsel android, tablet, komputer hingga laptop sebagai penunjang dari adanya kegiatan pembelajaran tersebut. Akan tetapi, jika orang tua murid saja mengalami PHK dan tidak memiliki uang, bagaimana caranya mereka memenuhi kebutuhan anaknya? Terlebih sistem daring ini juga memerlukan kuota untuk mengakses berbagai fitur pembelajaran online, baik itu melalui aplikasi, website, hingga media sosial seperti youtube, instagram, whatsapp dan lain sebagainya.


Selain itu, adanya pandemi virus Covid-19 ini juga berpengaruh terhadap aspek sosial yang mempengaruhi semangat pelajar dalam mengikuti proses pembelajaran secara daring. Dimana para pelajar yang biasanya belajar didalam ruang kelas, kini harus belajar dirumah dengan berbagai macam kondisi yang ada, entah itu kebisingan atau keributan yang diciptakan oleh keluarganya sendiri maupun tetangga. Adapun proses pembelajaran secara daring juga secara tidak langsung menurunkan minat pelajar untuk berprestasi. Sebab, adanya pembelajaran yang dilakukan secara daring menyebabkan  para pelajar hanya belajar sendiri dirumah, tanpa adanya interaksi dan komunikasi dengan teman-teman serta para guru. Sehingga, para pelajar akan mudah merasa bosan dan mengantuk ketika disuguhkan oleh berbagai materi pembelajaran yang ada dan proses pembelajaran pun akhirnya tidak dapat berjalan secara maksimal.


DAMPAK MASALAH SOSIAL DAN EKONOMI DI ERA PANDEMI VIRUS COVID-19 TERHADAP SEMANGAT PELAJAR DI INDONESIA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun