Mohon tunggu...
RAI Adiatmadja
RAI Adiatmadja Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Saya ibu rumah tangga yang gemar menulis. Memiliki fokus lebih dalam terhadap parenting dan kondisi generasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Noktah yang Menghancurkan Bangunan Keluarga

16 Oktober 2023   10:00 Diperbarui: 16 Oktober 2023   11:04 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Catchy_Britcliffe from Getty Images Signature


Keluarga adalah rumah yang menaungi penghuninya. Bukan sekadar menjaga dari panas terik, tetapi dari kejamnya arus kehidupan yang pelik.

Apa jadinya jika keluarga tak lagi menjadi tempat paling nyaman dan rumah ternyaman?

Tentu akan terjadi kerusakan dari fondasi. Jika fondasinya sudah lemah maka kehancuran akan semakin kuat menjamah.

Keluarga adalah sebuah benteng yang harus tangguh untuk menghalau runtuh. Tempat pertama untuk menguatkan jiwa dan ruang terakhir yang bisa melindungi ketika anak atau anggota keluarga lainnya terancam.

Dikutip dari Kompas.com–Muhamad Rauf (13), warga Desa Parigimulya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Ia tewas di saluran irigasi atau sungai di Blok Sukatani, Desa Bugis, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, Rabu (4/10/2023). Rauf dibuang oleh ibunya dalam kondisi hidup setelah dianiaya.
 
Kemudian ditemukan oleh warga di pinggir sungai dalam kondisi berlumuran darah dengan tangan terikat ke belakang. Bocah malang ini dibunuh oleh sang ibu, Nurhani (40) yang ternyata dibantu oleh paman (24) dan kakeknya (70).

Setelah ditelusuri, seorang ibu depresi karena perceraian dan si anak selalu mengambil ponsel miliknya. Anak yang tidak dididik dengan benar, kemudian ia hidup di jalanan, dan sesekali mencuri untuk makan. Bahkan kotak amal pun berhasil ia bobol. Teramat mengenaskan.

Bocah 13 tahun seharusnya duduk di bangku sekolah, setidaknya menjadi generasi terdidik yang punya semangat juang untuk menggali ilmu kehidupan sebagai bekal masa depan. Namun, kehidupannya sudah suram sedari kecil karena kondisi mental sang ibu yang tidak stabil, digerogoti beban perekonomian, dan kondisi psikis yang labil.

Hari ini mayoritas emosi para ibu dilemahkan secara sistemis. Dari permasalahan ekonomi, beban hidup yang memuncak, ketidaksanggupan mengelola pola asuh, ketiadaan dukungan keluarga, dan banyak hal lainnya yang memicu kondisi kejiwaan kaum ibu.

Jika kita memetakan bangunan keluarga yang bisa diselaraskan dengan masyarakat dalam bentuk miniatur. Fungsi keluarga sejatinya memiliki delapan dimensi yang bisa memproteksi dari berbagai gangguan. Kedelapan dimensi ini memiliki urgensi tinggi.

Tentu keluarga berfungsi sebagai reproduksi, ekonomi, edukasi, proteksi, sosial, afeksi, rekreasi, dan religiositas. Semuanya bisa berfungsi dengan baik jika hubungan orang tua dan anak penuh kerja sama dalam kondisi yang kondusif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun