Mohon tunggu...
Rahmat Hidayat
Rahmat Hidayat Mohon Tunggu... Dosen FUSHPI UIN Raden Fatah Palembang

Ilmu Melesat, Tulisan Mengabadikannya

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Arab dan Keagungan Wahyu: Mengapa Al-Qur'an Tidak dalam Bahasa Lain?

3 September 2025   08:33 Diperbarui: 3 September 2025   11:46 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari karakteristik bahasa Semit di atas, seluruh gambaran tentang bahasa Semit yang terjaga secara tepat, dapat ditemukan dalam bahasa Arab (Wan Mohd Nor, The Educational Philosophy, 337).  Bahasa Arab adalah bahasa yang paling luas tersebar, bahkan hingga saat ini.

Bahasa Arab pra-Islam telah mencapai tingkat tertinggi di antara bahasa-bahasa bangsa manusia dan dalam sejarah berbagai bahasa di kalangan bangsa Arab. Bahasa ini telah mengalami pembaharuan dan mencapai kesempurnaan hakiki yang tidak dialami oleh bahasa-bahasa lainnya. Todorof, seorang pakar teori linguistik dari Perancis, sebagaimana dikutip oleh Wan Mohd Nor, menyatakan bahwa bahasa sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Masyarakatlah yang menentukan bahasanya. Perubahan semantik sangat berkaitan dengan perkembangan sejarah dan sosial, sebagaimana interpretasi relatif dan subjektif simbol-simbol linguistik. Perubahan semantik menunjukkan adanya perubahan sosio-budaya. Umumnya, bahasa itu sangat terbuka terhadap perubahan semantik yang dipengaruhi oleh perubahan sejarah dan sosial. Namun, bahasa yang demikian tidak menjamin ketepatan pengertiannya, terutama dalam konteks yang mencerminkan kebenaran mutlak dan objektif (Wan Mohd Nor, The Educational Philosophy, 335).

Perubahan yang dipengaruhi oleh sejarah dan sosio-budaya pada dasarnya tidak terjadi pada bahasa Arab. Karakteristik bahasa Arab berbeda dari bahasa lain dalam struktur semantiknya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:

1.   Struktur linguistik bahasa Arab dibangun atas sistem akar kata yang kuat. Al-Attas menyatakan bahwa kandungan akar kata dalam bahasa Arab laksana pohon yang kokoh, akarnya menghujam ke dalam tanah. Setiap akar yang tertanam saling berkaitan satu sama lain, sehingga berpengaruh pada batang, dahan, cabang, ranting, daun dan sebagainya. Setiap paham dalam akar katanya saling berhubungan sehingga dapat mempengaruhi makna yang lebih besar. Akar kata tersebut tidak mungkin berubah dan diganti dengan yang lain (Al-Attas, Risalah Untuk Kaum Muslimin, 105).

2.   Struktur semantiknya diatur oleh sistem bidang semantik yang jelas, yang memiliki pengaruh besar terhadap struktur konseptual dalam kosa kata; 

3.   Kata-kata, makna, tata bahasa dan ilmu persajakannya tercatat secara ilmiah dan mapan sehingga dapat menjaga keabadian semantiknya (Wan Mohd Nor, The Educational Philosophy, 337).

Dengan tingginya bahasa di kalangan bahasa-bahasa bangsa manusia dan dalam sejarah berbagai bahasa di kalangan bangsa Arab, itulah yang menjadikan masyarakat Arab sangat membanggakan kesusastraan mereka. Wibawa para penyair pada masa itu setara dengan para filsuf. Kandungan puisi yang mereka ciptakan dianggap setara dengan ilmu teologi (Ketuhanan), sehingga mereka diyakini memiliki otoritas di bidang keagamaan. Syair-syair yang diciptakan oleh para penyair dianggap sebagai ilham, layaknya wahyu Tuhan. Karena itu, mereka dikultuskan dan dianggap mampu mengetahui hal-hal yang ghaib (Al-Attas, Risalah Untuk Kaum Muslimin, 112).

Pewahyuan Al-Qur'an dan Kemukjizatan Bahasanya

Di tengah situasi masyarakat yang mengkultuskan para penyair itulah al-Qur'an diturunkan. Al-Qur'an diturunkan menggunakan bahasa Arab yang sempurna (fu), dengan keindahan retorika dan kedalaman makna, serta mengandung variasi kebahasaan yang tinggi (QS. Yusuf, 12: 2; QS. Al-Syu'ara', 26: 192-195). Rasulullah Saw sebagai penerima wahyu tersebut dikenal sebagai sosok yang ummi, dalam arti tidak dididik di sekolah-sekolah formal maupun informal (unschooled man). Nabi juga tidak pandai tulis menulis (unlettered), dan tidak terlibat dalam komunitas puitis para penyair yang sangat popular pada saat itu (Asif Tufal, The Miraculous Nature of The Qur'an, 15). Latar belakang Nabi Saw yang demikian menimbulkan rasa takjub oleh masyarakat Arab saat itu, sehingga mereka bertanya-tanya bagaimana manusia biasa seperti Muhammad dapat mendatangkan bahasa yang begitu indah. 

Ini membuktikan bahwa gaya bahasa al-Qur'an sangat berbeda dari style bahasa Arab pada umumnya. Ketika ayat al-Qur'an dibacakan kepada mereka, berdasarkan pengalaman 'sastra' yang dimiliki oleh bangsa Arab jahiliyah, mereka menyadari bahwa gaya bahasa al-Qur'an sangatlah sempurna. Bahasa al-Qur'an melebihi keindahan sastra yang diciptakan oleh manusia manapun. Gaya bahasa yang dibawanya belum pernah ditemukan dalam karya-karya mereka sebelumnya (Tufal, The Miraculous, 7). Oleh karena itu, keindahan bahasa al-Qur'an sangat dikagumi, tidak hanya bagi orang mukmin, tetapi juga orang kafir. Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrikin seringkali secara sembunyi-sembunyi berusaha mendengarkan ayat-ayat al-Qur'an yang dibaca oleh umat Islam (M. Qurasih Shihab, Membumikan al-Qur'an, 23).

Jika ada anggapan bahwa bahasa al-Qur'an serupa dengan bahasa Arab pada umumnya, mengapa terjadi revolusi pada bangsa Arab saat itu, misalnya terjadi pada pribadi Saidina Umar Ibn Khattab ketika membaca Surat Thaha. Itulah yang menjadi asal mula keislaman Saidina Umar (Al-Asfahan, Hilyat al-Auliya'..., 1988).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun