Mohon tunggu...
Rahmat Thayib
Rahmat Thayib Mohon Tunggu... Penulis - Sekadar bersikap, berharap tuna silap.

Sekadar bersikap, berharap tuna silap. Kumpulan tulisan saya: http://rahmathayib.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fitnah SBY, Kivlan Zen Tak Sadar Kalau...

9 Mei 2019   19:35 Diperbarui: 10 Mei 2019   05:58 1748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eggi Sudjana dan Kivlan Zen di depan Bawaslu, Jakarta Pusat, Kamis (9/5/2019)(KOMPAS.com/ RYANA ARYADITA UMASUGI)

Kalaupun SBY memberikan saran-masukan, itu semua lahir dari pengalaman, komitmen dan niat baiknya. Untuk kepentingan Prabowo-Sandi sendiri. Untuk keutuhan bangsa dan negara. Bukan untuk jabatan.

Ingat, Demokrat adalah satu-satunya partai yang tidak mau ambil pusing draft bagi-bagi kursi menteri yang dilakukan Prabowo. Alasannya tegas, perang belum tuntas dan itu penghinaan bagi rakyat yang sedang memperjuangkan perubahan di akar rumput.

Soal politik identitas itu apalagi. Ini bukan soal turunnya suara parpol koalisi Prabowo-Sandi akibat strategi politik identitas ini dilancarkan. Bukan juga iri karena PKS adalah satu-satunya partai yang dapat keuntungan dari strategi politik identitas yang dimainkan kubu Prabowo. Ini soal keutuhan bangsa  dan negara.

Gara-gara strategi politik identitas tensi politik panas membakar. Medsos diisi netijen yang adu bacot gara-gara pilihan politik berbeda. Ada makam yang terpaksa dipindah gara-gara beda dukungan. Perkelahian secara fisik juga terjadi gara-gara politik identitas. Hubungan perkawanan, keluarga retak. Mulai terjadi gejala pembelahan bangsa.

Apa ini yang Kivlan inginkan? Atau Kivlan ingin situasi yang lebih parah dengan memanipulasi people power menjadi scenario untuk menghadap-hadapkan massa pendukung politik identitas dengan TNI/Polri. Ambisi kekuasaan di atas ancaman bentrokan berdarah? Kalau iya, berarti Kivlan ini masuk kategori "setan gundul" yang disebut Andi Arief.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun