6 Juni 2021 Hari Senin malam saya berkesempatan terbang kembali setelah lama tidak menggunakan transportasi udara sejak februari 2020 atau sebelum masa pandemi covid 19 melanda dunia dan Indonesia. Saya ingat penerbangan saya terakhir sebelum tahun 2021 ini adalah saat terbang dengan pesawat Nam air pada Februari 2020 dari Bandara Adi Sucipto Yogyakarta menuju Bandara Supadio Pontianak
Kondisi pandemi covid 19 memang telah banyak melanda cara kita mengendarai transportasi jika dulu untuk berangkat menggunakan pesawat cukup datang minimal 30 menit sebelumnya sebelum batas minimal check in atau cetak boarding pas kursi pesawat dan menyimpan bagasi, dengan menunjukkan tiket pesawat, kode boking pesawat dan KTP, maka sejak pandemic covid 19 ada tambahan syarat yakni menunjukkan surat hasi pemeriksaan  laboratorium baik dengan metode rapid test antigen atau PCR SWAB  yang menerangkan bahwa kita negatif covid 19 yang berlaku 2 atau 3 x 24 jam sebelum tanggal keberangkatan pesawatnya.
Artinya sejak pandemic covid 19, kebijakan regulasi pemerintah melalui satgas covid 19 mensyaratkan penumpang yang akan bepergian terutama dengan transportasi udara wajib memiliki hasil tes rapid test covid 19 yang negatif atau dinyatakan bebas covid dalam kurun waktu 3 x 24 jam sebelum terbang.
Pada hari itu e tiket pesawat Batik Air yang saya beli melalui aplikasi Traveloka menunjukkan jam keberangkatan jam 18.40 di hari Minggu 6 Juni 2021 plus surat keterangan hasil lab negatif covid yang berlaku 3 x 24 di hari tersbut.
Mengikuti protocol kesehatan dengan memakai masker,membawa hand sanitazier sampai minyak kayu putih saya datang dua jam lebih awal dari jam check in yang satu jam sebelumnya yakni pukul 17.40 , pada pukul 15.30 saya sudah tiba di bandara , karena kebetulan jarak rumah ke bandara sekitar 35 menit dengan kendaraan roda empat melewati jalur yang minim kemacetan/
Sampai bandara begitu memasuki konter check in Batik suasana terlihat lenggang, penumpang yang berangkat bisa dihitung dalam beberapa rombongan, dan ada peraturan baru yakni sebelum check ini kita harus menuju loket atau lebih tepatnya meja pemeriksaan administrasi kesehatan yang dikelola petugas kesehatan pelabuhan dibawah Kementerian Kesehatan.
Jadi begitu saya menuju meja kesehatan saya langsung bertanya mau minta cap pak, Â karena saya lihat ini meja untuk pemeriksaan administrasi kesehatan bebas covid 19, bukan meja pemeriksaan kesehatan dan prosedur yang dilakukan di meja tersebut adalah petugas memastikan surat hasil lab yang menerangkan calon penumpang negatif covid adalah surat asli dan masa berlakunya bisa digunakan sampai batas masa keberangkatan yakni 3 x 24 jam sebelum keberangkatan , dengan perhitungannya begini jika kita berangkat hari Senin, maka tes maksimal yang kita lakukan adalah hari Sabtu.
Petugas yang sudah memeriksa surat langsung membubuhkan tanda tangan dan cap disurat hasil lab yang akan kita gunakan di conter check in bersama lampiran e tiket pesawat untuk mendapatkan boarding pas nomor kursi pesawat.
Sampai diruang tunggu, penumpang tidak terlalu ramai dan semuanya memakai masker,hanya duduk tidak berjarak terutama yang saling mengenal, sampai masuk ke kabin pesawat barulah terasa penumpang cukup ramai, dari 6 baris kursi di Batik Air  rata rata terisi 5 baris hanya 1 yang kosong, pramugari yang sigap melayani penumpang menggunakan pakaian kebaya putih dengan bawahan kain warna unggu khas batik air, tapi tanpa menggunakan masker hanya menggunakan face shield atau pelindung wajah, jadi wajah cantik dan senyum ramah para pramugari yang bertugas pada penerbangan saat itu masih dirasakan penumpang.
Karena ini perjalanan pesawat malam, cuaca di kabin cukup dingin, sebelum tinggal landas pilot mengumumkan bahwa kabin telah dilengkapi penyaring udara anti virus dan bakteri sehingga cukup aman dan sehat, penumpang di kabin juga sebagian besar melepas maskernya, karena pengap juga rasanya harus hidup berjam jam dengan kondisi hidung dan mulut tertutup masker.