Para ahli menekankan bahwa pengkotakan kepribadian seperti ini berisiko memperkuat stereotip gender dan membatasi pemahaman tentang kompleksitas manusia.
Sebagai contoh tipe keprbadian Big Five Personality Traits model ilmiah yang paling banyak digunakan menjelaskan kepribadian berdasarkan lima dimensi utama yaitu Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, dan Neuroticism. Tidak ada istilah alpha, beta, atau sigma di dalamnya.
Riset Roberts et al. (2006) dan Soto & John (2017) menunjukkan bahwa model Big Five sudah teruji lintas budaya, reliabel, dan konsisten dalam memprediksi berbagai aspek hidup, mulai dari prestasi akademik hingga kepuasan relasi.
Dengan kata lain, tipe-tipe alpha dan sigma hanyalah hasil budaya populer, bukan kategori psikologi yang valid.
Alternatif Tipe Kepribadian yang Lebih Valid
Jika ingin memahami kepribadian dengan pendekatan ilmiah, psikologi merekomendasikan beberapa model yang telah teruji. Big Five Personality menjadi standar yang banyak digunakan dalam penelitian dan asesmen kepribadian di berbagai bidang. Model ini tidak membatasi seseorang pada satu label statis, melainkan memetakan kecenderungan perilaku dalam spektrum.
Selain itu, teori HEXACO Personality Model (Ashton & Lee, 2007) menawarkan variasi dengan enam dimensi, termasuk Honesty-Humility, yang menambah nuansa pada pemahaman sifat manusia.
Alat ukur seperti MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) juga populer, meskipun lebih lemah secara validitas dibanding Big Five, tetapi tetap memberi gambaran yang berguna dalam konteks non-klinis.
Pendekatan ini jauh lebih akurat dibanding melabeli seseorang sebagai alpha, beta, atau sigma. Psikologi menekankan bahwa setiap individu unik dan kepribadian tidak bisa disederhanakan menjadi hierarki maskulinitas semata.
Istilah sigma male, beta, dan alpha memang populer di budaya digital, tetapi tidak diakui sebagai konsep ilmiah dalam psikologi. Asal-usulnya berasal dari teori hewan yang sudah dibantah, dan penerapannya pada manusia lebih bersifat mitos daripada fakta.
Jika ingin memahami kepribadian secara valid, model seperti Big Five dan HEXACO jauh lebih kredibel. Pada akhirnya, memahami kepribadian berarti memahami spektrum sifat manusia, bukan sekadar memilih label yang viral.