Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Freshgraduate Psikologi UST

Psychology enthusiast, penulis dan pembaca, masih terus mencari definisi "manusia" secara utuh.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sigma Male & Lainnya Tak Ilmiah? Psikologi Ungkap Validitasnya

6 September 2025   01:33 Diperbarui: 6 September 2025   01:33 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pria sigma atau sigma male sebenarnya adalah kepribadian yang tidak valid dalam bidang ilmiah psikologi. Ilustrasi. Sumber: Pavel Danilyuk/Pexels.com

Istilah sigma male, beta, dan alpha kerap muncul dalam diskusi tentang tipe kepribadian pria, khususnya di media sosial. Pada kenyataanya secara ilmiah tidak ada penelitian yang mengatakan bahwa tipe kepribadian ini valid secara psikologi.

Banyak orang menganggap label ini sebagai cara memahami sifat, dominasi sosial, dan daya tarik seseorang. Psikologi populer menempatkan alpha sebagai pemimpin dominan, beta sebagai pengikut, dan sigma sebagai sosok mandiri yang berjalan di luar hierarki.

Meski istilah ini terdengar meyakinkan, dunia akademik masih meragukan validitasnya. Untuk memahami lebih jauh, mari kita telusuri asal-usul hingga alternatif tipe kepribadian yang lebih kredibel.

Asal-usul Tipe Kepribadian Alpha, Beta, dan Sigma

Konsep alpha dan beta male berakar dari penelitian lama tentang hierarki serigala. David Mech (1970) memperkenalkan istilah "alpha wolf" untuk menggambarkan pemimpin kelompok. Teori ini kemudian dipinjam dalam budaya populer dan diterapkan pada manusia.

Sigma male muncul belakangan, dipopulerkan oleh forum internet sebagai figur pria independen yang tidak tunduk pada hierarki tradisional.

Dalam perkembangannya, istilah ini menjadi populer di media sosial, kanal YouTube, hingga forum daring tentang maskulinitas. Narasi ini memberi kesan seolah ada urutan pasti tentang posisi sosial pria yaitu alpha di puncak, beta di bawah, dan sigma sebagai "lone wolf" yang unik.

Padahal, dalam penelitian lanjutan, Mech (1999) sendiri membantah teorinya dan menyatakan bahwa serigala liar tidak hidup dengan sistem alpha dan beta sebagaimana diasumsikan.

Mengapa Konsep Ini Tidak Valid dalam Psikologi Ilmiah

Psikologi kepribadian modern menilai konsep sigma male, beta, maupun alpha tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Tidak ada riset empiris yang membuktikan bahwa tipe ini bisa mengukur atau memprediksi perilaku manusia secara konsisten.

Para ahli menekankan bahwa pengkotakan kepribadian seperti ini berisiko memperkuat stereotip gender dan membatasi pemahaman tentang kompleksitas manusia.

Sebagai contoh tipe keprbadian Big Five Personality Traits model ilmiah yang paling banyak digunakan menjelaskan kepribadian berdasarkan lima dimensi utama yaitu Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, dan Neuroticism. Tidak ada istilah alpha, beta, atau sigma di dalamnya.

Riset Roberts et al. (2006) dan Soto & John (2017) menunjukkan bahwa model Big Five sudah teruji lintas budaya, reliabel, dan konsisten dalam memprediksi berbagai aspek hidup, mulai dari prestasi akademik hingga kepuasan relasi.

Dengan kata lain, tipe-tipe alpha dan sigma hanyalah hasil budaya populer, bukan kategori psikologi yang valid.

Alternatif Tipe Kepribadian yang Lebih Valid

Jika ingin memahami kepribadian dengan pendekatan ilmiah, psikologi merekomendasikan beberapa model yang telah teruji. Big Five Personality menjadi standar yang banyak digunakan dalam penelitian dan asesmen kepribadian di berbagai bidang. Model ini tidak membatasi seseorang pada satu label statis, melainkan memetakan kecenderungan perilaku dalam spektrum.

Selain itu, teori HEXACO Personality Model (Ashton & Lee, 2007) menawarkan variasi dengan enam dimensi, termasuk Honesty-Humility, yang menambah nuansa pada pemahaman sifat manusia.

Alat ukur seperti MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) juga populer, meskipun lebih lemah secara validitas dibanding Big Five, tetapi tetap memberi gambaran yang berguna dalam konteks non-klinis.

Pendekatan ini jauh lebih akurat dibanding melabeli seseorang sebagai alpha, beta, atau sigma. Psikologi menekankan bahwa setiap individu unik dan kepribadian tidak bisa disederhanakan menjadi hierarki maskulinitas semata.

Istilah sigma male, beta, dan alpha memang populer di budaya digital, tetapi tidak diakui sebagai konsep ilmiah dalam psikologi. Asal-usulnya berasal dari teori hewan yang sudah dibantah, dan penerapannya pada manusia lebih bersifat mitos daripada fakta.

Jika ingin memahami kepribadian secara valid, model seperti Big Five dan HEXACO jauh lebih kredibel. Pada akhirnya, memahami kepribadian berarti memahami spektrum sifat manusia, bukan sekadar memilih label yang viral.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun