Namun semakin hari, tubuhnya semakin melemah, dan penolakan itu berubah menjadi kemarahan. Ia marah kepada dokter yang dianggap tak mampu menolongnya, marah kepada istrinya yang tampak acuh, bahkan marah kepada dunia yang seolah tidak adil.
Di tengah rasa sakit fisik yang semakin kuat, muncul kebimbangan eksistensi yang jauh lebih dalam seperti apakah hidupnya benar-benar memiliki makna? Seluruh pencapaian karier, status sosial, dan kenyamanan hidup yang selama ini dibangga-banggakan terasa hampa di hadapan kematian.
Justru saat mendekati ajal, dirinya mulai menyadari bahwa kehidupannya miskin akan cinta dan hubungan tulus. Kesadaran ini sesuai dengan gagasan Terror Management Theory yang menyebutkan bahwa kesadaran manusia akan kematian dapat menimbulkan kecemasan eksistensi, yang biasanya dikelola dengan mencari pegangan pada makna budaya atau pribadi (Greenberg, Pyszczynski, & Solomon, 1986).
Namun menjelang akhir hidupnya, konflik batin Ivan Ilyich bertransformasi. Ketakutan yang begitu besar perlahan melebur menjadi kepasrahan. Ia menemukan semacam ketenangan ketika mampu menerima kenyataan bahwa kematian tidak bisa dihindari.
Bahkan, ia melihat kematian bukan hanya akhir, melainkan sebuah transisi menuju kedamaian. Dalam hal ini, kisah Ivan Ilyich sejalan dengan pemikiran Viktor Frankl dalam Logotherapy bahwa manusia dapat menemukan makna bahkan di tengah penderitaan yang tak terelakkan.
Kesimpulan
Novel Kematian Ivan Ilyich bukan hanya kisah tentang seorang hakim yang meninggal dunia, melainkan cermin bagi kita untuk meninjau ulang makna kehidupan. Tolstoy dengan jeli menggambarkan bagaimana kebimbangan menjelang ajal membuat seseorang merefleksikan seluruh pilihan hidupnya.
Konflik psikologis Ivan Ilyich menunjukkan bahwa pencapaian materi dan status sosial tidak cukup untuk menghadirkan kedamaian batin. Justru keterhubungan dengan sesama, cinta, dan kejujuran pada diri sendiri yang memberi arti sesungguhnya.
Melalui kisah ini, pembaca diajak untuk menyadari bahwa kematian bukan sekadar akhir, melainkan momen untuk menemukan kejujuran terdalam yakni apakah hidup yang dijalani benar-benar berarti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI