Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Buku: Masa Depan Sebuah Ilusi Karya Sigmund Freud

15 November 2022   12:47 Diperbarui: 15 November 2022   12:50 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul depan. Sumber: dokumen pribadi


Freud sangat optimis bahwa kekurangan-kekurangan kebutuhan mental yang oleh masyarakat disebut sebagai kebutuhan rohani dapat dijelaskan mengenai pandangan psikoanalisis-nya. 

Agama hanyalah ilusi dari masalah kekanak-kanakan atau infantil yang harus ditinggalkan jika kita ingin beranjak pada masyarakat yang dewasa.


Memang agama tidak bisa langsung dihilangkan begitu saja karena hal itu akan menyebabkan suatu kekacauan orang-orang yang mencari ilusi bagaikan seorang pecandu narkoba yang kehilangan obatnya. Masa depan dengan tidak adanya ilusi dari agama inilah yang menurut Freud dapat membuka mata manusia seutuhnya dari kebenaran.


Dengan ini maka Freud menyatakan akan menuhankan Logos atau akal yang menurutnya walaupun bukan Tuhan yang mahakuasa tapi merupakan suatu yang pasti dan dapat memberikan kita suatu pandangan akan dunia.

 Sains bukanlah ilusi tapi jika kita mencari suatu yang tidak bisa diberikan sains di tempat lain seperti agama maka itu adalah ilusi.


Setelah membaca buku ini dengan was-was iman goyah, saya mempunyai kesimpulan bahwa Freud memandang agama sebagai ilusi yang di masa depan harus segera digantikan dengan kebenaran akal. Agama adalah bentuk dari masalah infantil yang terbawa hingga menjadi pandangan hidup.


Saya masih kurang sependapat dengan Freud dan tetap setuju dengan Carl G. Jung mengenai agama sebagai ekspresi alam bawah sadar dan itu tidak bisa digantikan karena alam bawah sadar punya kapasitas lebih besar juga dalam menentukan kondisi psikologis. 

Memberikan segala beban penjelasan kepada akal atau ego kesadaran sangat amat berisiko karena kapasitasnya yang terbatas.


Buku ini memang berisi kental dengan ateisme yang dibawakan melalui pandangan psikoanalisisnya Freud. Cocok untuk kita yang ingin tahu bagaimana pandangan Freud tentang agama.

 Tapi peringatannya ya kita harus siap sedikit terombang-ambing jika belum punya iman yang kuat dan belum berkenalan dengan teori psikologi yang pro agama seperti dari Jung atau Maslow.
   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun