Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dualisme Kasih Sayang Ibu

19 Agustus 2022   18:16 Diperbarui: 19 Agustus 2022   18:26 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com 


Kasih sayang seorang ibu memang sangat berarti bagi kita. Tanpa kasih sayangnya kita tidak dapat berkembang dengan baik. Namun ada kalanya kasih sayang ibu tidak bisa kita pandang sebagai satu arah saja pada kebaikan individu. 

Terkadang terdapat dualisme atau dua kecondongan pada kasih sayang ibu dimana satu sisi merupakan kebaikan namun di satu sisi juga buruk bagi perkembangan individu.

Saya akan membahas kasih sayang ibu ini menggunakan pendekatan psikologi khususnya memakai konsep Arketipe yang digagas oleh Carl Gustav Jung. 

Sebelum memasuki topik pembahasan kita sebaiknya tahu terlebih dahulu makna Arketipe, yakni sebuah ketidaksadaran koletif yang ada pada manusia.

Intinya Arketipe sendiri merupakan kumpulan ingatan yang tersimpan dan membentuk suatu satuan ketidaksadaran di dalam diri kita. Pengaruhnya biasanya ada pada karakter diri kita dan kebanyakan orang tidak menyadarinya.


Terbentuknya Arketipe Ibu


Saat kita terlahir ke dunia maka kita akan diperlihatkan suatu tempat luas yang sama sekali asing bagi kita dan dalam keadaan yang lemah membuat kita merasa cemas, hal inilah mengapa bayi normal menangis waktu setelah dilahirkan.

 Lalu pada saat itulah penolong kita yang telah kita kenal sejak lama karena telah hidup selama sembilan bulan dengannya datang memberi kasih sayang.


Hal itulah yang menjadi satu dari demikian ingatan lama yang membentuk suatu arketipe tentang ibu. Jung dalam buku Empat Arketipe-nya menjelaskan bahwa simbolisasi arketipe ibu selain dari pribadi ibu juga terdapat pada makna kasih sayang, perlindungan, kesuburan, dan produktifitas.

Simbolisasi materi secara gamblang di dunia dapat kita lihat dari keberadaan dewi-dewi dan juga bentuk alam seperti ladang, mata air, taman, benda berongga dan lainnya. 

Sumber dari terbentuknya arketipe ibu banyak sekali ada pada agama, kebudayaan, dan simbolisasi benda. Dari simbol materi dan juga afeksi inilah tercipta arketipe ibu.


Dualisme Sifat Arketipe Ibu


Pada dasarnya sifat positif dari arketipe ibu ini ada pada perhatian dan juga belas kasihan keibuan, namun juga terdapat sifat negatif dari arketipe ini dimana juga mengandung makna rahasia, kegelapan, sesuatu yang menggoda, keterkekangan, dan sesuatu yang tak bisa dihindari seperti takdir.

Mengapa terjadi dualisme pada sifat arketipe ini adalah karena setiap sesuatu pastilah punya sisi negatif dan pada arketipe ini bisa kita lihat bahwa kasih sayang ibu juga dapat membuat seorang anak merasa nyaman dan juga terkekang karena sifatnya yang melindungi dan otoriter.

Persona ibu dalam arketipe ini adalah sesuatu yang tinggi atau agung sehingga segala kasih sayangnya harus diterima dan membuat seseorang masuk ke dalam jurang yang dalam tanpa bisa berkembang. 

Dualisme ini bisa kita lihat dari simbolisasi Dewi Kali di India yang bermakna ibu yang penyayang sekaligus kejam.


Kompleks Ibu dari Sisi Negatif Arketipe Ibu

Sisi negatif ini jika dilihat dari sumbernya mungkin berasal dari terlalu berlebihannya kasih sayang seorang ibu kepada anaknya dimana timbulah Kompleks Ibu (Mother Complex). Kompleks ibu ini pada anak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dampaknya di masa depan.

Kompleks ibu pada titik ekstrem anak laki-laki akan terjadi homoseksualitas dan dampak lebih rendahnya menjadi pencarian figur pasangan yang sama seperti ibunya. 

Pada anak laki-laki memang akan terjadi kelebihan sisi feminim dan dapat menjadi perasa. Kompleks ibu pada laki-laki memang sangat rumit karena figur feminim ibu hanyalah sebuah sifat asing yang ada pada dirinya.

Kompleks ibu pada anak perempuan sangat beragam dan jelas karena sifat feminim pasti ada pada dirinya. Dari kelebihan sifat maternal yang membuat dia melupakan dirinya dan ingin perhatian kepada orang lain, kelebihan eros yang dapat menyebabkan dia menyukai pria yang sudah menikah dan ingin merusak pernikahannya, hingga penghambaan pada sosok ibunya.


Terkadang kompleks ibu dapat dibelokan pada sisi positif dimana pada laki-laki membuatnya menjadi lebih perasa dan juga maskulinitasnya tidak terganggu karena resisten terhadap kompleks ibunya. 

Pada anak perempuan yang resisten pada kompleks ibunya akan lebih dominan ke pasangannys dan punya prinsip yang teguh.


Sumber
Jung, C. G. (2020). Empat Arketipe. Yogyakarta: IRCiSoD.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun